Beijing, CNN Indonesia -- China kini sedang mempertimbangkan kemungkinan mengubah kebijakan 'satu anak' menjadi 'dua anak'. Kebijakan ini kemungkinan akan mulai diberlakukan akhir tahun jika semua persiapan berjalan lancar.
Diberitakan The Guardian mengutip China Business News, Kamis (23/7), kebijakan satu anak yang diberlakukan China justru malah meningkatkan laju pertumbuhan penduduk dan tingkat aborsi ilegal.
Seorang pakar kependudukan, Liang Zhongtang mengatakan bahwa kebijakan 'satu anak' yang diberlakukan oleh pemerintah China selama ini sudah seharusnya dihilangkan sejak dulu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Masalah ini bukan sekadar tentang satu atau dua anak. Ini lebih kepada kebebasan bereproduksi. Soal hak dasar manusia. Di masa lalu, pemerintah telah gagal memahami esensi dari permasalahan ini," ujarnya.
Kebijakan 'satu anak' China mulai diberlakukan pada 1980 dan akan mulai digantikan dengan kebijakan 'dua anak' pada akhir tahun ini.
"Belum ada tanggal pasti kapan semua pasangan di China dapat memiliki anak kedua," ujar Komisi Keluarga Berencana dan Kesehatan Nasional.
Lu Jiehua, profesor studi kependudukan Universitas Peking, mengatakan kepada Global Times bahwa perubahan ini mungkin baru akan diimplementasikan tahun depan. "Semua kemungkinan kebijakan, regulasi, formalitas dan fasilitas perlu dipikirkan untuk mendukung kebijakan ini dan itu perlu waktu," ujarnya.
Zhongtang mengatakan keputusan nyata untuk membawa kebijakan 'dua anak' ini didorong oleh tumbuhnya oposisi publik terhadap hukum keluarga berencana. Internet, yang kini bisa diakses oleh 650 juta penduduk China, telah menyatakan ketidaksukaan dan lebih berani mengungkap hal itu sekarang.
"Pemerintah, di bawah tekanan publik yang meningkat, perlu menanggapi permintaan masyarakat," ujar Zhongtang.
Kebijakan 'satu anak' China diharapkan mampu menekan angka kelahiran hingga 400 juta jiwa. Namun, kenyataan kebijakan ini tidak efektif dan malah menimbulkan lonjakan kependudukan.
Para ahli memperingatkan bahwa populasi China saat ini didominasi orang tua, sementara usia produktif kian merosot. PBB memperkirakan China akan memiliki populasi usia di atas 60 tahun sebanyak 440 juta pada 2050 mendatang.
Sementara usia produktif China, berkisar antara 15-59 tahun, menyusut hingga 3,71 juta pada tahun lalu. Angka ini diprediksi akan terus berlanjut ke depan.
Dalam beberapa tahun terakhir, ada pengenduran bertahap atas kebijakan 'satu anak'. Keluarga etnis minoritas dan pasangan di desa diperbolehkan memiliki lebih dari satu anak jika anak pertama mereka adalah perempuan.
Sejak 2013, pasangan di beberapa daerah di China diperbolehkan memiliki dua anak jika salah satu orang tua mereka adalah anak tunggal.
(yns/yns)