Jakarta, CNN Indonesia -- Gedung Putih mengklaim bahwa wakil Abu Bakr al-Baghdadi, sang pemimpin kelompok militan ISIS, tewas dalam serangan udara di Irak yang dipimpin oleh Amerika Serikat. Jika klaim ini benar, maka hal ini dinilai sebagai pukulan besar bagi ISIS yang berambisi mendirikan kekhalifahan Islam di Irak dan Suriah.
"Fadhil Ahmad al-Hayali, yang juga dikenal sebagai Haji Mutazz tewas dalam serangan udara militer AS pada 18 Agustus saat bepergian dengan kendaraan di dekat Mosul, Irak, bersama dengan komandan ISIS yang dikenal dengan nama Abu Abdullah," kata juru bicara Gedung Putih, Ned Price, dikutip dari Reuters, Sabtu (22/8).
"Kematiannya akan berdampak negatif terhadap operasi ISIS, mengingat pengaruhnya dalam keuangan, media, operasi, dan logistik ISIS," kata Price.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Gedung Putih menyatakan bahwa wakil pemimpin ISIS tersebut merupakan "koordinator utama" dalam operasi pemindahkan senjata, bahan peledak, kendaraan, dan anggota militan ISIS di Irak dan Suriah. Mutazz bertanggung jawab atas operasi ISIS di Irak, dan membantu merencanakan serangan di Mosul pada Juni tahun lalu.
Amerika Serikat dan sekutunya melancarkan serangan udara terhadap berbagai markas ISIS di Irak maupun Suriah. Serangan udara yang diluncurkan oleh pesawat nirawak bulan lalu menewaskan pemimpin senior negara ISIS di Raqqa, kota yang diklaim sebagai ibu kota ISIS di Suriah.
Seperti banyak komandan ISIS lainnya, Mutazz merupakan seorang letnan kolonel ketika Irak masih dipimpin oleh Saddam Hussein. Pakar kontraterorisme dari Institute for the Study of War, Harleen Gambhir, menyatakan Mutazz sempat ditahan oleh pasukan AS di Irak di fasilitas penahanan Camp Bucca.
Menurut Gambhir, setelah bebas dari Camp Bucca, Mutazz diperkirakan bergabung dengan al-Qaidah, yang kemudian pecah menjadi ISIS.
Namun, Gambhir mengungkapkan bahwa sebelumnya Gedung Putih juga mengklaim kematian Mutazz akibat serangan udara pada akhir 2014 lalu.
Pakar kontraterorisme memperingatkan bahwa tewasnya para komandan ISIS belum tentu akan berdampak besar bagi operasi kelompok militan yang telah menguasai sebagian wilayah di Irak dan Suriah.
"Saya lihat ISIS mudah memindahkan anggota ke posisi penting ketika komandan tingkat tinggi mereka tewas," kata Seth Jones, mantan pejabat Pentagon yang sekarang bekerja di RAND Corporation.
Seorang pejabat AS yang tidak disebutkan namanya mengakui kecenderungan tersebut, namun berpendapat bahwa berita tewasnya para komandan tinggi ISIS dapat merusak reputasi kelompok tersebut di mata anggotanya.
"Kematian Mutazz menghilangkan tokoh kunci ISIS dan membuktikan anggapan bahwa komandan mereka tidak tersentuh merupakan anggapan yang salah," kata pejabat tersebut.
(ama/ama)