New York, CNN Indonesia -- Pengungsi asal Suriah, Subhi Nahas, merasa takut dengan kelompok militan jaringan al-Qaidah, Front Nusra, yang telah menduduki daerah asalnya di Idlib dan mulai menyiksa serta mengeksekusi warga yang diduga adalah gay. Kemudian kelompok militan ISIS yang semakin berkembang di Suriah juga kerap menargetkan kaum gay, menyusul video di mana pria gay yang didorong jatuh dari atas gedung.
Apabila korban ini tidak mati saat didorong jatuh, mereka akan dilempari dengan batu hingga tewas.
"Ini menjadi keyakinan saya juga," ujar Nahas dalam pertemuan informal tertutup bersama Dewan Keamanan PBB, Senin (24/8), dikutip Reuters. Pertemuan ini dilangsungkan oleh Amerika Serikat dan Chili untuk menindaklanjuti 'serangan brutal' militan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya takut untuk keluar. Rumah saya tidak aman, begitu juga dengan ayah saya yang begitu curiga dan mengawasi setiap pergerakan saya dan melihat bahwa saya adalah gay," ujar Nahas.
"Saya memiliki bekas luka di dagu akibat kemarahannya," lanjutnya.
Duta Besar AS untuk PBB, Samantha Power mengatakan bahwa ini adalah pertama kalinya Dewan Keamanan PBB mendiskusikan permasalahan lesbian, gay, biseksual dan transgender.
"Tidak mungkin untuk tidak mengangkat polemik atas hak mereka ini, seperti halnya kita menyelesaikan masalah hak asasi manusia," ujarnya dalam pertemuan tersebut.
"Hari ini kami mengambil langkah kecil tetapi sangat penting dalam menindaklanjuti permasalahan ini. Dan ini bukan langkah terakhir kami," lanjutnya.
Anggota Dewan Keamanan PBB memang tidak diharuskan menghadiri pertemuan informal ini, seperti yang dilakukan oleh Republik Angola dan Republik Chad. Namun, pertemuan ini terbuka bagi semua negara anggota PBB.
ISIS telah mendeklarasikan kekhalifan di wilayah pendudukan Irak dan Suriah.
Seorang pria Irak yang mengaku bernama Adnan juga menceritakan kisahnya kepada Dewan Keamanan PBB melalui sambungan telepon dari lokasi yang dirahasiakan. Ia mengaku bahwa dirinya masih merasa belum aman.
"Di lingkungan saya, menjadi gay berarti harus mati dan ketika (ISIS) membunuh para gay, mayoritas warga merasa senang karena mereka berpikir kami adalah setan. Dan (ISIS) mendapat pengakuan positif atas hal tersebut," ujarnya.
"Keluarga saya berbalik melawan saya ketika (ISIS) menargetkan saya. Jika (ISIS) tidak mendapatkan saya, anggota keluarga saya yang akan melakukannya," ujar pria yang telah kabur dari rumah ini.
Adnan mengungkapkan bahwa militan ISIS memburu kaum gay melalui kontak telepon dan Facebook orang-orang yang telah mereka tangkap.
Sementara itu, Nahas telah berhasil kabur dari Suriah ke Libanon, kemudian pindah ke Turki.
"Ancaman kematian mengikuti saya hingga ke Turki. Seorang bekas teman sekolah saya di Idlib, bernama Khalil, telah bergabung bersama (ISIS). Ia menyampaikan melalui rekan saya di Facebook bahwa ia ingin membunuh saya agar dirinya bisa pergi ke surga," ujar Nahas.
"Saya merasa takut," lanjutnya.
Nahas kini telah menetap di AS. Ia bekerja di Organisasi Pengungsi, Pencari Suaka dan Migrasi untuk membantu pemerintah dan badan pengungsi lainnya demi memberikan perlindungan terhadap pengungsi LGBT.
(stu)