Donald Trump: Penembakan Virginia Tak Terkait UU Senjata

Amanda Puspita Sari | CNN Indonesia
Jumat, 28 Agu 2015 01:45 WIB
Donald Trump menilai penembakan wartawan di Virginia berkaitan dengan masalah kesehatan mental dan tidak terkait dengan kepemilikan senjata api di AS.
Donald Trump menilai penembakan wartawan di Virginia berkaitan dengan masalah kesehatan mental dan tidak terkait dengan kepemilikan senjata api di AS. (Getty Images/Scott Olson)
Jakarta, CNN Indonesia --
Calon kandidat presiden Amerika Serikat dari Partai Republik sekaligus pebisnis real-estate, Donald Trump menilai penembakan dua wartawan TV di Virginia, AS pada Rabu (26/8) berkaitan dengan masalah kesehatan mental, dan tidak serta merta terkait dengan maraknya kepemilikan senjata api di AS.

Dalam wawancara khusus dengan CNN pada Kamis (27/8), Trump menentang pengetatan undang-undang kepemilikan senjata di Amerika Serikat, tetapi mendukung penangani kesehatan mental yang lebih baik untuk mencegah terjadinya insiden penembakan serupa.

"Saya sangat sedih. (Tapi) ini bukan masalah senjata, ini adalah masalah mental. Ini bukan masalah hukum, ini masalah individu," kata Trump.

Menyebut pelaku penembakan di Virginia sebagai "orang yang sangat sakit," Trump menilai penyakit mental adalah "masalah besar" di AS.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Trump menyarankan agar lebih banyak fasilitas kesehatan dialokasikan untuk menangani kesehatan mental sehingga insiden serupa dapat dicegah. 

Dalam wawancara tersebut, Trump mengatakan "begitu banyak hal yang bisa dilakukan" untuk mengatasi masalah kesehatan mental, tetapi tidak menawarkan solusi yang rinci. 

Berulang kali, Trump menyatakan bahwa Vester L. Flanagan, pelaku penembakan yang akhirnya tewas bunuh diri seharusnya dirawat di rumah sakit jiwa.

"Pada zaman dahulu, orang-orang semacam ini pasti sudah dirawat di rumah sakit jiwa. Kerabat terdekatnya pasti tahu bahwa dia seharusnya dirawat," kata Trump.

Trump bersikeras bahwa perubahan dalam undang-undang kepemilikan senjata bukan solusi yang dibutuhkan saat ini.

Trump mencontohkan bahwa peraturan senjata yang ketat di Chicago tidak dapat mencegah terjadinya kekerasan bersenjata di daerah tersebut. Trump bersikeras bahwa "warga yang waras" seharusnya tidak dipersulit untuk mendapatkan senjata.

"Saya yakin, ketika mendengar soal insiden ini, banyak orang di luar sana yang berpendapat sama dengan saya, bahwa pelaku seharusnya dirawat di rumah sakit jiwa," kata Trump.

Meski demikian, insiden penembakan dua wartawan TV di tengah siaran langsung di Virginia pada Rabu lalu mendorong para aktivis pengendalian senjata menyerukan reformasi dalam undang-undang kepemilikan senjata di AS.

Presiden Barack Obama menyebut penembakan itu "menyedihkan" dan "satu bukti mengapa kita perlu mengurangi kekerasan dengan senjata di negara ini."

"Jumlah orang yang meninggal karena kekerasan dengan senjata melampaui jumlah korban karena aksi terorisme," kata Obama, melalui juru bicaraya, Josh Earnest.

Pendapat serupa juga dilontarkan calon kandidat populer dari Partai Demokrat, Hillary Clinton sehari setelah insiden penembakan.

"Kita cukup pintar dan punya perasaan untuk mencari tahu cara menyeimbangkan hak Amandemen Kedua dengan langkah-langkah pencegahan kekerasan," cuit Clinton dalam akun Twitter miliknya, Kamis (27/8).

Insiden penembakan terjadi saat wartawan WDBJ7, Alison Parker, 24 dan juru kamera Adam Ward, 27 melakukan siaran langsung untuk segmen program berita pagi di Bridgewater Plaza, sebuah tempat perbelanjaan dan rekreasi di dekat Moneta, Bedford County, Virginia, pada Rabu (26/8) pukul 6.45 pagi.

Pelaku penembakan, Vester L. Flanagan, atau yang dikenal dengan Bryce Williams, merupakan rekan wartawan korban, yang sempat bekerja di stasiun TV tersebut. Flanagan melepaskan tembakan enam hingga tujuh kali dan terekam dalam kamera.

Parker dan Ward tewas dalam serangan tersebut, sementara sang nara sumber Vicki Gardner dilarikan ke rumah sakit.

Flanagan mengaku melakukan penembakan ini karena merasa terdiskriminasi akibat berkulit hitam dan gay. Flanagan mengklaim bahwa Parker pernah melontarkan kalimat rasis, sementara Ward pernah melaporkannya ke HRD.

Ketika penembakan terjadi, Flanagan sempat merekam aksinya dan menggunggahnya ke media sosial Twitter dan Facebook. Flanagan juga sempat mengirimkan curhatannya melalui faks kepada ABC News, terkait alasan penembakan ini.

Tak lama setelah penembakan, Flanagan tewas akibat menembak dirinya sendiri. (ama/ama)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER