Sejumlah Menlu Eropa Akan Bertemu untuk Bahas Konflik Ukraina

Amanda Puspita Sari/Reuters | CNN Indonesia
Selasa, 01 Sep 2015 00:59 WIB
Menteri luar negeri Rusia, Ukraina, Jerman dan Perancis akan bertemu pada pertengahan September mendatang untuk membahas konflik di Ukraina timur.
Pertempuran antara Ukraina dengan kelompok separatis telah menewaskan lebih dari 6.500 orang sejak dimulai pada April 2014. (Reuters/Alexander Ermochenko)
Jakarta, CNN Indonesia -- Penasihat Kremlin, Yuri Ushakov menyatakan bahwa menteri luar negeri Rusia, Ukraina, Jerman dan Perancis akan bertemu pada pertengahan September mendatang untuk membahas konflik di Ukraina timur.

Selama akhir pekan, Moskow, Berlin dan Paris menudukung adanya gencatan senjata baru di timur Ukraina, untuk menghentikan sementara pertempuran antara pasukan militer Ukraina dengan kelompok pemberontak yang didukung Rusia.

Pertempuran antara Ukraina dengan kelompok separatis telah menewaskan lebih dari 6.500 orang sejak dimulai pada April 2014.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Negara-negara Barat menuduh Rusia mendukung kelompok pemberontak dan menjatuhkan sanksi terhadap Moskow, memperparah krisis ekonomi yang disebabkan oleh kelalaian dalam reformasi ekonomi dan harga minyak rendah.

"Para pemimpin Perancis, Jerman dan Rusia untuk saat ini sepakat para menteri luar negeri akan mengadakan pertemuan pada pertengahan September," kata Ushakov.

"Kami berharap para pemimpin dari empat negara untuk saling menghubungi untuk menentukan lokasi pertemuan tersebut," ujar Ushakov.

Pertempuran antara pasukan Ukraina dan kelompok pemberontak semakin memanas dalam beberapa pekan terakhir. Kiev menyalahkan pemberontak separatis dan Moskow menyatakan pihak berwenang Ukraina yang bersalah.

Rusia menuduh Kiev tidak memberikan ketentuan kesepakatan damai yang ditengahi oleh Jerman dan Perancis di ibu kota Minsk, Belarusia. Kesepakatan itu termasuk reformasi konstitusi yang akan memberikan wilayah otonomi yang luas kepada kelompok pemberontak.

Parlemen Ukraina pada Senin (31/8) mendukung pemberian "status khusus" kepada kelompok separatis. Tetapi perpecahan di pihak penguasa dan sejumlah aksi demonstrasi menunjukkan bahwa pemberian status ini tidak akan mudah diterapkan menjadi bagian dari undang-undang. (ama/ama)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER