Vatikan, CNN Indonesia -- Menyambut Tahun Suci yang dirayakan lima dekade sekali, Paus Fransiskus akan memberikan arahan baru bagi para pastor Katolik, yaitu untuk memaafkan semua perempuan pelaku aborsi. Keputusan paus asal Argentina ini dianggap sebagai satu gerakan menuju gereja yang lebih terbuka.
Dalam ajaran Gereja Katolik Roma, aborsi adalah dosa besar sehingga siapapun yang melakukannya secara otomatis akan dikucilkan. Mereka hanya dapat diampuni jika petinggi gereja sudah menerima permintaan maaf mereka.
Namun, dilansir Reuters, selama Tahun Suci atau Yubileum, saat pengampunan bagi umat Katolik Roma, Paus akan melakukan perubahan. Selama perayaan pada 8 Desember hingga 26 November tahun depan, semua pastor dapat mengampuni perempuan yang datang dengan hati penuh sesal.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Melalui secarik surat yang dilansir oleh Vatikan, Paus menuturkan bahwa para perempuan tersebut telah menghadapi tekanan batin mendalam. "(Saya) telah bertemu dengan banyak perempuan yang sakit karena luka hati akibat keputusan yang amat menyiksa dan menyakitkan ini," tulis Paus Fransiskus.
Namun, Fransiskus tak menjabarkan lebih lanjut siapa saja perempuan yang pernah mengaku dosa padanya akibat aborsi.
Ini bukan kali pertama Fransiskus mengambil keputusan mengenai masalah tabu. Paus non-Eropa pertama selama 1.300 tahun ini kerap membahas toleransi terhadap topik tabu sehingga mengundang kontroversi dari kaum konservatif.
Guna menghindari hujan kritik dari kaum konservatif, kali ini Fransiskus membuat keputusan dengan nada halus, tak seperti biasanya.
"Ini bukan berarti upaya untuk meminimalkan beratnya dosa ini, tapi untuk melebarkan kemungkinan untuk menunjukkan pengampunan," kata kepala juru bicara Vatikan, Federico Lombardi.
Wakil juru bicara Vatikan, Ciro Benedettini lantas memastikan bahwa perubahan ini hanya akan berlaku selama perayaan Yubileum.
Menurut Benedettini, biasanya hanya uskup, misionaris, atau pengakuan dari kepala keuskupan yang dapat memberikan pengampunan atas aborsi. Namun, di beberapa negara, seperti Amerika Serikat dan Inggris, para uskup mendelegasikan kewenangan ini kepada pastor paroki.
Mendukung keputusan Fransiskus, profesor teologi dari Boston College, James Bretzke, berkata, "(Paus) lebih menekankan pada pengampunan, bukan retribusi. Merangkul rekonsiliasi, bukan ekskomunikasi." Ekskomunikasi merujuk pada pengucilan seseorang dari keanggotaan gereja.
Kelompok Katolik liberal, Catholic for Choice, juga menyambut keputusan Paus untuk merangkul perempuan ini dengan tangan terbuka.
"Ini adalah Paus yang tidak hanya terpaku pada aturan baku dan mungkin pesannya lebih ditujukan kepada saudara-saudara uskupnya ketimbang untuk jemaat di kursi gereja," ucap Presiden Catholic for Choice, Jon O'Brien.
Di sisi lain, kelompok anti-aborsi mengaku takut surat Paus tersebut disalahartikan oleh beberapa pihak.
"Kami takut izin yang terlalu melebar dapat disalahartikan gereja melembutkan ajarannya mengenai aborsi, tindakan yang mengambil kehidupan manusia tak bersalah," tutur John Smeaton selaku Kepala Eksekutif Society for the Protection of Unborn Children.
Smeaton berharap segala hal ambigu atas ajaran gereja mengenai kesucian hidup manusia dan kejahatan aborsi dapat dibahas tuntas dalam pertemuan uskup di Vatikan bulan depan.
(stu)