Jakarta, CNN Indonesia -- Ratusan tentara Iran tiba di Suriah untuk turut serta dalam pertarungan membela pemerintahan Presiden Bashar al-Assad.
Dua sumber militer Libanon yang enggan diungkap identitasnya berkata kepada Reuters, Jumat (2/10), bahwa tentara Iran tersebut sebenarnya sudah tiba di Suriah selama 10 hari belakangan, membawa senjata untuk melancarkan serangan darat besar-besaran.
"Garda depan pasukan darat Iran mulai tiba di Suriah, tentara dan petugas lain khususnya akan berpartisipasi dalam pertarungan ini. Mereka bukan penasihat. Mereka ratusan orang dengan peralatan dan senjata. Mereka akan disusul oleh banyak pasukan lain," kata salah satu sumber.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selama ini, militer Iran memang hanya mendukung Assad dengan mengirimkan penasihat. Mereka juga memobilisasi milisi Syiah, termasuk dari Irak dan Afghanistan, untuk bertempur bersama pasukan pemerintah Assad.
Kini, mereka angkat senjata dan akan didukung oleh pasukan sekutu Assad dari Hizbullah, Libanon, milisi Syiah Irak, sementara Rusia akan mendukung dari udara.
Di langit Suriah, pesawat tempur Rusia melancarkan serangan udara hari kedua, membom kamp pemberontak yang dilatih oleh Badan Pusat Intelijen Amerika Serikat untuk menggempur ISIS.
AS dan Rusia satu visi dalam penggempuran ISIS. Namun, AS tak sependapat dengan dukungan Rusia terhadap pemerintahan Bashar al-Assad. Menurut AS, Assad adalah dalang dari segala masalah di Suriah.
Pemerintah Rusia berdalih bahwa pasukan hanya menarget dan berhasil menghantam posisi ISIS. Namun, daerah yang digempur sangat dekat dengan Kota Hama dan Homs, daerah kekuasaan aliansi dukungan AS, termasuk dari Arab dan Turki.
Kepala kelompok pemberontak Liwa Suqour al-Jabal yang merupakan bagian dari Free Syrian Army, Hassan Haj Ali, mengatakan bahwa salah satu sasaran pasukan Rusia adalah markas mereka di Provinsi Idlib. Markas tersebut dihujani 20 rudal dalam dua serangan terpisah.
Haj Ali mengetahui yang menggempur markas mereka adalah pasukan Rusia dari keterangan salah satu personelnya. Ia pernah menjadi pilot angkatan udara Suriah.
Pasukan Liwa Suqour al-Jabal sendiri dilatih oleh CIA di Qatar dan Arab Saudi sebagai bagian dari program Washington untuk menggempur ISIS dan Assad.
"Rusia menantang semua orang dan mengatakan bahwa tidak ada alternatif selain Bashar," kata Haj Ali.
Moskow dan Washington kembali menjadi dua kubu lawan dalam konflik Timur Tengah untuk pertama kalinya sejak Perang Dingin.
Pejabat senior AS dan Rusia berbicara selama satu jam melalui konferensi video pada Kamis (1/10), mendiskusikan manuver terbaik agar kru udara mereka dapat menjalankan misi masing-masing dengan aman.
"Kami berbicara dengan jelas bahwa setidaknya prioritas di sini adalah menjalankan operasi aman bagi awak kapal di Suriah," ujar juru bicara Pentagon, Peter Cook.
Pentagon tak akan berbagai informasi intelijen dengan Rusia. Pembicaraan tersebut hanya mencakup meningkatkan keamanan, seperti menyetujui frekuensi radio untuk panggilan darurat dan bahasa komunikasi.
Ketua Komite Layanan Senjata Senat, John McCain, yang kerap mengkritik Obama, mempertanyakan logika dari pembicaraan ini.
"Sayangnya, nampaknya 'dekonflik' menjadi eufimisme Orwellian untuk pemerintahan ini bagi peran Rusia di Suriah. Sebagai konsekuensi, bagi Assad, kebrutalan terhadap warga Suriah terus terjadi," katanya.
(stu/stu)