Kondisi Keamanan Sinai Bayangi Insiden Jatuhnya Pesawat Rusia

Melodya Apriliana | CNN Indonesia
Selasa, 03 Nov 2015 08:06 WIB
Kelompok bersenjata mengklaim menjatuhkan pesawat Rusia di Sinai, wilayah yang masih banyak terdapat perlawanan militan terhadap rezim Abdel Fattah al-Sisi.
Kelompok bersenjata mengklaim menjatuhkan pesawat Rusia di Sinai, wilayah yang masih banyak terdapat perlawanan militan terhadap rezim Abdel Fattah al-Sisi. (Reuters/Mohamed Abd El Ghany)
Jakarta, CNN Indonesia -- Meski belum ada fakta terang mengenai penyebab kecelakaan pesawat Rusia di Mesir, namun pengakuan ISIS mengusik banyak pihak. Pasalnya, pesawat tersebut jatuh di pegunungan Sinai, wilayah pemberontak yang berafiliasi dengan ISIS yang menguasai sebagian Irak dan Suriah.

Sinai menjadi penanda bahwa situasi politik dan keamanan di Mesir belum stabil betul. Satu tahun Presiden Abdel Fattah al-Sisi memimpin Mesir setelah menggulingkan Mohammed Mursi, tidak banyak perubahan yang terjadi. Mesir masih dilanda gesekan sosial politik di tengah upaya Sisi memberangus kelompok Ikhwanul Muslimin, yang masih setia kepada Mursi.

Awal tahun ini, misalnya, terjadi kerusuhan bertepatan dengan peringatan empat tahun aksi perlawanan rakyat Mesir yang berujung pada penggulingan mantan presiden Hosni Mubarak. Ratusan pendukung Ikhwanul Muslimin ditangkap, sementara sekitar 20 orang dinyatakan tewas.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sisi mengatakan Ikhwanul Muslimin adalah ancaman keamanan besar. Sebaliknya, Ikhwanul Muslimin, yang mengklaim berkomitmen pada aksi damai, menuduh militer melakukan kudeta dan membatasi kebebasan yang diraih dalam aksi perlawanan rakyat 2011 yang berhasil menyingkirkan Hosni Mubarak.

Perlawanan tidak hanya terjadi di ibukota Kairo. Sinai merupakan salah satu wilayah terparah perlawanan terhadap pemerintah.

Kelompok militan yang berbasis di wilayah gurun yang berbatasan dengan Gaza dan Israel ini telah membunuh ratusan polisi dan tentara sejak kejatuhan Mursi. Pemberontakan ini menyebar ke wilayah Mesir lainnya.

Ada sekitar 15 kelompok militan yang beroperasi di Sinai. Beberapa di antara mereka disebut memiliki hubungan dengan kelompok perlawanan di Gaza. Salah satu kelompok yang paling aktif adalah Ansar Bayt al-Maqdis, yang tahun lalu berbaiat kepada ISIS.

Kelompok itu meningkatkan serangan ke polisi dan tentara sejak Mursi terguling pada 2013. Militan juga kerap menculik dan mengeksekusi warga Barat di wilayah itu. Pemerintah Mesir telah melancarkan operasi di Sinai dan secara sistematis menekan para pendukung Ikhwanul Muslimin dan lawan-lawan politik lain di seluruh wilayah negara itu.

Serangan berskala kecil yang sering terjadi menjadi ganjalan terhadap upaya Mesir menciptakan citra negara stabil setelah empat tahun penuh gejolak yang dipicu oleh perlawanan rakyat pada 2011.

Klaim militan

Sinai dengan riwayat perlawanannya membuat klaim militan telah menjatuhkan pesawat Airbus A321 milik maskapai Kogalymavia yang menewaskan 224 orang belum bisa dikesampingkan.

James Clapper, direktur badan Intelijen Nasional AS mengatakan bahwa militan memang kecil kemungkinannya memiliki kemampuan roket untuk menembak jatuh pesawat di ketinggian 30 ribu kaki di udara. Namun dia menegaskan, kemungkinan ini masih ada.

Itulah sebabnya mengapa maskapai dari Negara Teluk mengalihkan penerbangan untuk tidak melalui Sinai. Selain itu negara Barat juga memperingatkan warganya untuk ke wilayah ini.

Amerika Serikat, Jerman dan Inggris sebelumnya telah memperingatkan maskapai mereka untuk tidak melalui Semenanjung Sinai.

Peringatan dari Jerman, seperti dikutip The Guardian, diterapkan di bawah Organisasi Penerbangan Sipil Internasional PBB pada 5 Oktober dan berlaku hingga tahun 2016. Peringatan yang sama diberikan AS dan Jerman.

Peringatan itu berisi imbauan agar pesawat tidak terbang di bawah 26 ribu kaki di atas Semenanjung Sinai dan menghindari bandara Sharm el-Sheikh karena banyaknya aksi ekstremisme dan penggunaan senjata anti-pesawat oleh militan.

Pariwisata terpuruk

Penyebab kecelakaan pesawat milik maskapai maskapai Kogalymavia itu hingga kini belum diketahui. Kebanyakan korban tewas adalah warga Rusia yang baru saja berlibur di Sharm el-Sheikh yang memiliki wisata Laut Merah.

Dugaan keterlibatan militan dalam insiden pesawat itu kian merusak upaya Mesir memulihkan sektor pariwisata mereka.

Padahal reputasi Sharm el-Sheikh sebagai kota wisata baru pulih selama 10 tahun setelah sebelumnya rusak akibat aksi terorisme. Pada Juli 2005, militan meledakkan tiga bom yang menghancurkan hotel, pasar dan tempat parkir, menewaskan sedikitnya 90 orang. Ini adalah serangan teroris terbesar di Mesir kala itu.

Pemerintah Mesir yang menjadikan sektor pariwisata sebagai salah satu sumber pemasukan utama akhirnya menerapkan sistem keamanan teknologi tinggi di wilayah itu. Langkah pemerintah Mesir ini menuai pujian dari berbagai negara.

Sharm el-Sheikh adalah salah satu tempat wisata populer bagi warga Eropa yang ingin mandi matahari dan berenang di pantai. Sekitar 900 ribu warga Inggris mengunjungi Mesir setiap tahunnya.

Pelaku usaha di Sharm el-Sheikh harap-harap cemas menanti hasil penyelidikan insiden pesawat Rusia. Salah satunya adalah Mina Badr, pemilik restoran di kota itu yang berharap keamanan tercipta sehingga dia bisa mendapatkan untung setelah beberapa bulan terakhir bisnis lesu.

"Jika seseorang membuat pesawat itu jatuh, maka semuanya akan rusak," kata Badr, saat ditanya soal kemungkinan pesawat dijatuhkan oleh teroris, dikutip dari New York Times. (den)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER