Jakarta, CNN Indonesia -- Aparat menyangsikan klaim ISIS yang mengaku menjatuhkan pesawat Rusia, menewaskan 224 orang di Sinai, Mesir, akhir pekan lalu. Pasalnya, kelompok bersenjata di Sinai tidak memiliki persenjataan yang mampu menembak hingga 30 ribu kaki ke udara.
Namun ahli keamanan Sinai, Zack Gold, kepada The Guardian, Senin (2/10), memiliki pandangan lain. Dia mengatakan, militan Sinai memang tidak punya roket yang mumpuni untuk menjatuhkan pesawat, namun mereka bisa menanam bom di pesawat itu.
"Militan mengklaim bertanggung jawab membuat pesawat jatuh, tapi bukan menembaknya jatuh," kata Gold.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Gold menyandarkan dugaan tersebut pada pernyataan seorang anggota ISIS di sosial media yang mengatakan: "Mengapa semua orang membicarakan soal menembaknya jatuh, mengapa tidak ada yang berbicara soal bom atau pengebom bunuh diri di pesawat?"
Jika benar bom ditanam di pesawat, maka kemungkinan pelakunya berhasil menyusup ke bandara Sharm el-Sheikh dan mengelabui pihak keamanan. Hal ini akan merusak citra kota wisata tersebut yang baru bangkit setelah serangan teroris tahun 2005, menewaskan 90 orang.
Menurut Gold tidak ada bukti yang kuat untuk mendukung dugaan bom ditanam di dalam pesawat, seperti rekaman yang biasa diambil sebelum serangan bunuh diri. Namun dia mencatat, ISIS tidak punya riwayat membuat klaim palsu untuk sesuatu yang besar.
"Kelompok ini tidak punya riwayat membuat pemalsuan besar, tapi di saat yang sama mengherankan mereka membuat klaim ini tanpa menunjukkan bukti. Mereka memiliki kemampuan militer, tapi untuk tindak terorisme di pesawat, mereka melakukan sesuatu yang belum pernah dilakukan sebelumnya," lanjut Gold.
Penyelidikan awal menunjukkan pesawat pecah di udara karena sebab yang belum diketahui. Pihak maskapai Kogalymavia mengklaim pesawat mereka dalam kondisi prima saat terbang dan kecelakaan disebabkan faktor eksternal. Sementara pemeriksaan awal kotak hitam tidak menunjukkan adanya bukti ada serangan dari luar sebelum pesawat tujuan St Petersburg dari Sharm el-Sheikh itu hilang dari radar.
Pengamat militer Inggris Paul Beaver yang dikutip NBC menguatkan teori Gold, bahwa ada bom yang ditanam di pesawat. Menurut Beaver, ISIS tidak punya kemampuan menembak jatuh pesawat di ketinggian. "Saya kira ISIS tidak punya persenjataan secanggih itu," kata Beaver.
Sementara Robert Galan, ahli penerbangan Perancis mengatakan bahwa klaim maskapai yang mengatakan bahwa pesawat jatuh akibat faktor eksternal menyiratkan dua kemungkinan: bom atau sabotase. "Entah bom yang ditanam di pemberhentian dan diprogram meledak setelah tinggal landas, atau sabotase terhadap mekanisme pesawat, ini adalah dua hipotesis yang paling mungkin," kata Galan.
Pengamat lainnya, Jens David Ohlin mengatakan bahwa bukan gaya ISIS melakukan serangan teroris tradisional yang melibatkan pengeboman pesawat penumpang.
"ISIS sejauh ini fokus pada menguasai wilayah dan menciptakan kewarganegaraan, bukan melakukan tindakan seperti organisasi tradisional. Jika memang pesawat itu dijatuhkan oleh ISIS, maka ini merupakan perkembangan baru yang berbahaya," ujar professor hukum dari Cornell University, New York, Amerika Serikat.
Juru bicara pemerintah Rusia, Dmitry Peskov, mengatakan mereka belum mengetahui penyebab pasti kecelakaan tersebut. Saat ditanya soal kemungkinan serangan teroris, dia meminta wartawan untuk menunggu hasil penyelidikan.
(den)