Jakarta, CNN Indonesia -- Pariwisata Mesir yang baru merangkak naik kembali terpukul dengan insiden jatuhnya pesawat Rusia yang berangkat dari Kota Sharm el-Sheikh di Sinai, menewaskan 224 orang. Muncul spekulasi, pesawat itu korban serangan kelompok bersenjata yang menjamur di Sinai.
Diberitakan Rt.com, Senin (2/11) ada penurunan jumlah penjualan yang signifikan dialami oleh agen perjalanan wisata di Rusia pada Sabtu pekan lalu, menyusul kecelakaan pesawat itu. Sebagian besar korban dalam insiden itu adalah wisatawan Rusia.
Juru bicara sekitar pariwisata Rusia Irina Tyurina mengatakan penjualan menurun 30 hingga 50 persen. Namun dia optimistis ini hanya efek sementara yang akan segera pulih dalam dua pekan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ini disebut penurunan akibat keterkejutan, bertahan hanya sebentar setelah masyarakat menyadari bahwa ini adalah situasi di luar kebiasaan," kata Tyurina.
Sharm el-Sheikh merupakan salah satu kota yang menjadi tujuan utama liburan musim panas wisatawan Rusia. Kota ini baru mulai bangkit setelah citranya tercoreng dalam serangan militan tahun 2005 yang menewaskan sedikitnya 90 orang.
Pariwisata Mesir secara keseluruhan terpukul akibat revolusi dan gejolak politik sejak tahun 2011. Wilayah Sinai dianggap rawan karena merupakan basis dari banyak kelompok militan, salah satunya berbaiat pada ISIS.
Kelompok bersenjata ini mengklaim menjatuhkan pesawat maskapai Kogalymavia asal Rusia. Namun pengakuan ini belum dikonfirmasi aparat karena penyelidikan masih terus dilakukan.
Keberadaan militan dan klaim serangan mereka mengancam keberlangsungan sektor pariwisata Mesir yang menyumbang pemasukan negara hingga Rp100 triliun per tahunnya. Dewan Pariwisata dan Perjalanan Dunia mencatat, satu dari sembilan warga Mesir bergantung pada sektor ini untuk mencari nafkah.
Namun ketakutan berkurangnya jumlah wisatawan asal Rusia ke Mesir masih tertunda sampai penyebab pasti kecelakaan terungkap. Maya Lomidze dari Asosiasi Operator Wisata Rusia mengatakan, hanya puluhan penumpang pesawat yang membatalkan penerbangan ke Mesir, dan hanya 16 di antaranya batal menggunakan pesawat Kogalymavia ke negara itu.
Mesir adalah tujuan wisata paling populer bagi turis Rusia, berdasarkan biro statistik Rosstat. Pertengahan pertama tahun ini satu juta warga Rusia mengunjungi negara itu, hampir seperlima populasi Rusia berlibur di luar negeri.
Satu-satunya negara yang masih dihindari turis Rusia adalah Tunisia, menyusul serangan teroris terhadap wisatawan Juni lalu, menewaskan 38 orang. Tyurina mengatakan, ada dua alasan yang mendasarinya. "Pertama agresi itu diarahkan langsung pada turis, dan kedua, Tunisia bukan tujuan utama dalam musim dingin, negara itu sangat dingin saat ini," kata dia.
Namun bagi wisatawan dari beberapa negara Eropa lainnya, Mesir bukan tujuan favorit, terutama setelah polisi negara itu tidak sengaja menembak mati 12 turis dari Meksiko karena dikira teroris September lalu.
Dua maskapai besar Eropa, Lufthansa dan Air France, memutuskan menghentikan sementara penerbangan melalui Semenanjung Sinai. Amerika Serikat, Jerman dan Inggris sebelumnya telah memperingatkan maskapai mereka untuk tidak melalui udara wilayah itu.
"Kami memutuskan menghindari wilayah itu karena situasi dan penyebab kecelakaan belum jelas. Kami akan menghindari daerah itu sampai penyebabnya terungkap," kata juru bicara Lufthansa, dikutip New York Times.
Pesawat Airbus A321 Kogalymavia penerbangan 7K9268 hilang dari radar 23 menit setelah tinggal landas dari bandara internasional Sharm el-Sheikh menuju St Petersburg. Pesawat itu membawa 217 penumpang dan tujuh kru.
(den)