London, CNN Indonesia -- Penyebab pasti kecelakaan pesawat Rusia yang jatuh di Sinai masih belum diketahui. Namun intelijen AS dan Eropa menduga kuat, insiden itu terjadi akibat ledakan bom yang ditanam teroris di dalam pesawat, menewaskan 224 orang.
Diberitakan Reuters, Rabu (4/11), hal ini disampaikan Menteri Luar Negeri Inggris Philip Hammond yang mengemukakan hasil laporan intelijen.
"Kami telah menyimpulkan bahwa ada kemungkinan kuat kecelakaan itu akibat bahan peledak di dalam pesawat," kata Hammond usai bertemu dengan komisi respons krisis yang diketuai oleh Perdana Menteri David Cameron.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pernyataan Hammond ini disampaikan menyusul persiapan Inggris menyambut kedatangan Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi pekan ini. Mesir yang merupakan sekutu dekat AS membantah adanya keterlibatan ISIS dalam bencana tersebut.
Sumber penyidik di Mesir yang dikutip Reuters juga menduga kuat ada peledak di dalam pesawat. Pasalnya, pesawat itu hancur di udara dan belum diketahui penyebab pastinya. "Diyakini ada bahan peledak tapi jenisnya masih belum jelas. Saat ini ada pemeriksaan pada pasir di lokasi kecelakaan untuk mencari jejak mesiu demi menentukan jenis bom tersebut," kata sumber penyidik Mesir.
Sementara itu pejabat maskapai Kogalymavia mengatakan penyelidik saat ini mencari kemungkinan adanya benda yang dimasukkan ke dalam pesawat, diduga peledak. "Ada dua versi yang dipertimbangkan: Sesuatu dimasukkan ke dalam pesawat atau kesalahan teknis. Tapi pesawat tidak bisa begitu saja hancur di udara, harus ada penyebabnya. Roket tidak mungkin, karena tidak ada tandanya," kata pejabat Rusia.
Ahli keamanan dan penyelidik mengatakan militan di Sinai tidak memiliki kemampuan roket yang bisa mencapai ketinggian 30 ribu kaki di udara. Salah satu kemungkinannya, bom telah lebih dulu ada di dalam pesawat. Jika benar ada peledak di dalam pesawat, berarti penyusup berhasil lolos dari keamanan bandara Sharm el-Sheikh. Pesawat Airbus A321 itu sebagian besar membawa penumpang warga Rusia dari Sharm el-Sheikh menuju St Petersburg.
Hammond mengatakan bahwa Inggris saat ini mengimbau warganya untuk tidak bepergian melalui bandara Sharm el-Sheikh. "Artinya tidak akan ada penumpang Inggris dalam penerbangan dari Sharm el-Sheikh untuk saat ini," kata dia.
Pernyataan Hammond ini menuai kritikan dari Menteri Luar Negeri Mesir Sameh Shoukry yang mengatakan bahwa kesimpulan itu terlalu dini karena penyelidikan masih berlangsung. "Hal ini membutukan penyelidikan untuk memperjelasnya dan kita seharusnya tidak melakukan penilaian atau langkah yang bisa berdampak buruk. Salah satu dampaknya adalah kenyataan bahwa banyak warga Mesir yang sangat bergantung pada industri pariwisata," kata Shoukry dikutip CNN.
Insiden ini mengancam keberlangsungan sektor pariwisata Mesir yang menyumbang pemasukan negara hingga Rp100 triliun per tahunnya. Dewan Pariwisata dan Perjalanan Dunia mencatat, satu dari sembilan warga Mesir bergantung pada sektor ini untuk mencari nafkah.
(den)