Jakarta, CNN Indonesia -- Dua hari pascalongsor menimpa sebuah tambang batu giok di utara Myanmar, harapan untuk menemukan 100 pekerja yang masih hilang kian pupus.
Kantor berita Reuters mengutip pejabat setempat yang mengatakan, sekitar 100 orang hingga kini belum berhasil ditemukan. Angka korban tewas diperkirakan bakal meningkat seiring dilanjutkannya pencarian pada Senin.
"Kami tidak tahu berapa orang yang tertimbun karena kami tidak punya data jumlah orang yang tinggal di sini." Kepala Departemen Administrasi Kota Hpakant, Tin Swe Myint, berujar via telepon pada Minggu. "Ini daerah kumuh dengan gubuk-gubuk yang ditinggali para pekerja."
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Para pekerja ini a tengah tidur di gubuk sementara kala tanah longsor menghantam pada Sabtu (20/11).
Koran milik pemerintah
Global New Light of Myanmar melaporkan, hingga Minggu (21/11) malam tim SAR telah mengevakuasi 104 jenazah.
Pihak berwenang masih belum mengetahui penyebab tumpukan puing tambang di Hpakant, wilayah pegunungan di negara bagian Kachin, jebol pada Sabtu pagi.
Wilayah ini merupakan salah satu penghasil batu giok berkualitas tinggi di dunia.
Lahan tambang dan tempat pembuangan terpadu di lokasi kejadian memang berbahaya, dan kematian pekerja tambang telah dianggap menjadi hal yang lumrah.
Pekerja Hpakant yang kebanyakan berasal dari daerah lain di Myanmar setiap hari berjibaku di medan berbahaya selama berjam-jam untuk mencari batu berkilau berharga mahal tersebut.
Ko Sai, seorang penambang di kamp sekitar, menyebut bahwa longsor terjadi kira-kira pukul tiga subuh saat para pekerja tengah terlelap.
"Kami hanya mendengar suara gemuruh seperti petir, dan melihat gunungan besar runtuh, beserta puing-puing yang tercecer di area. Rasanya seperti mimpi buruk," tuturnya.
Tin Swe Myint menambahkan, sejumlah perusahaan membuang puing tambangnya di area seluas 200 hektar itu. Tempat pembuangan tersebut berada dekat sebuah tambang milik Triple One Jade Mining Company.
Batu giok dari Hpakant diyakini diselundupkan ke China dengan harga tinggi.
Produksi batu giok di Myanmar diperkirakan bernilai sekitar US$31 miliar (setara Rp418 triliun) pada 2014, berdasarkan temuan kelompok advokasi lingkungan Global Witness yang awal tahun ini menerbitkan laporan seputar bisnis batu alam.
(reuters/yns)