Jakarta, CNN Indonesia -- Aparat Tunisia menahan 30 orang yang diduga terkait terorisme usai serangan bom yang menewaskan 12 pengawal presiden di Tunis awal pekan ini. Seperti serangan sebelumnya, ISIS mengklaim pelaku pengeboman bunuh diri tersebut.
Diberitakan Al Arabiya, Jumat (27/11), dalam pernyataannya Kementerian Dalam Negeri Tunisia mengatakan bahwa 30 orang itu ditahan dalam 526 penggerebekan di seluruh negeri dalam 24 jam terakhir dan menyita beberapa senjata api.
Tunisia juga telah mengidentifikasi pelaku pengeboman di dalam bus yang dipenuhi pasukan pengawal Presiden Selasa lalu. Pelaku disebut bernama Houssam ben Hedi ben Miled Abdelli, berusia 27 tahun, berdasarkan pemeriksaan DNA.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Abdelli dari permukiman pinggiran Kota Tunis berprofesi sebagai pedagang kaki lima.
Dalam pernyataannya, ISIS mengklaim melakukan serangan tersebut. Ini adalah serangan terbesar ketiga yang terjadi di Tunisia tahun ini.
Sebelumnya Juni lalu, militan membunuh 28 wisatawan asing di hotel pinggir pantai di Sousse, dan pada Maret 21 orang tewas dalam serangan di Museum Bardo, Tunis. ISIS mengklaim berada di balik dua serangan tersebut.
Pelaku dalam serangan kali ini meledakkan diri menggunakan bom plastik Semtex yang diduga berasal dari Libya.
Usai peristiwa ini, Presiden Tunisia Beji Caid Essebsi kembali menerapkan keadaan darurat selama satu bulan, yang memungkinkan pemerintah memiliki kekuatan eksekutif yang fleksibel, kewenangan aparat keamanan yang lebih luas dan membatasi beberapa hak sipil.
Tunisia juga akan menutup perbatasannya dengan Libya selama 15 hari dan merekruit tambahan pasukan keamanan hingga 6.000 orang.
(stu)