Jakarta, CNN Indonesia -- Kelompok militan ISIS membuka lowongan manajer untuk mengelola tambang minyak yang mereka rebut dari Irak. Gajinya cukup menggiurkan, yaitu mencapai lebih dari Rp3 miliar per tahun.
Seperti diberitakan Times of London yang mengutip Robin Mills dari perusahaan konsultan perminyakan Dubai, Manaar Energy, ISIS tengah mencari orang yang tepat untuk memimpin industri minyak mereka.
Mills mengatakan, Juni lalu banyak kecelakaan di kilang minyak Irak karena tidak paham cara mengurusnya. Selain itu, manajer minyak ini diharapkan bisa memutar kembali roda bisnis energi yang menjadi salah satu pemasukan terbesar bagi ISIS.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Mereka mencoba merekrut profesional yang berpengalaman dan memiliki kecocokan ideologi," kata Mills.
Persyaratannya selain memiliki ideologi yang sama adalah pengalaman yang mumpuni serta kesetiaan tidak tergoyahkan pada Abu Bakar al-Baghdadi.
Untuk posisi ini, lanjut Mills, ISIS akan memberikan gaji US$225 ribu per tahun, atau lebih dari Rp3 miliar.
"Gajinya bagus, tapi tidak terlalu bagus. Pekerja perminyakan asal Barat yang akan bekerja di Irak saat ini, apalagi jika bekerja untuk ISIS, akan meminta lebih banyak dari itu," ujar Mills.
Posisi manajer perminyakan adalah jabatan tertinggi yang ditawarkan oleh ISIS untuk mengisi kekosongan staf di kilang minyak yang direbut dari Irak.
Pekerja perminyakan di Irak mengatakan bahwa agen pasar gelap ISIS di utara wilayah Kurdi saat ini diam-diam menawarkan lowongan tersebut kepada mereka. Lowongan ini juga telah diteruskan ke berbagai situs ekstremis hingga ke Afrika Utara.
Di pasar gelap, kelompok bersenjata ini sebelumnya bisa menjual minyak hingga US$3 miliar per hari pada tahun lalu. Namun penghasilan ISIS di sektor minyak sekarang menurun hingga lebih dari dua pertiganya.
Juni lalu, ISIS merebut lagi kilang minyak Irak di utara Ajeel dan Hamrin. Pejabat di perusahaan minyak Irak North Oil Company yang salah satu kilangnya direbut ISIS mengatakan, "Awalnya ISIS memaksa para pekerja dengan mengancam akan membunuh keluarga mereka, tapi sekarang mereka malah menawari wortel (upah)."
(stu)