Jakarta, CNN Indonesia -- Pemilihan umum multi-partai demokratis Myanmar yang digelar pada 8 November lalu ditutup dengan kemenangan besar partai oposisi Liga Nasional untuk Demokrasi, NLD, pimpinan Aung San Suu Kyi. Para kandidat yang terpilih rencananya akan mulai bertemu di parlemen pada Januari 2016 dan akan dilantik pada Februari 2016.
Berdasarkan hasil pemilu yang diumumkan oleh komisi pemilihan umum Myanmar, Union Election Commisision, atau UEC, NLD menang telak atas 90 partai lainnya, dengan mengamankan 77 persen kursi di semua majelis di parlemen Myanmar, dengan total 887 kursi dari 1.150 kursi yang diperebutkan.
UEC merinci bahwa di majelis rendah, atau Pyithu Hluttaw, NLD mengantongi 255 kursi, atau 77,9 persen, dari 327 kursi yang diperebutkan. Sementara di majelis tinggi atau Amyotha Hluttaw, NLD menang 135 kursi atau sekitar 80,3 persen dari 168 kursi yang diperebutkan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kemenangan NLD pada pemilu tahun ini merupakan pukulan telak bagi partai berkuasa pimpinan Presiden Thein Sein, Partai Persatuan dan Pengembangan, atau USDP, yang hanya berhasil merebut 117 kursi, atau sekitar 10 persen kursi parlemen.
Meski demikian, pemilu multi-partai tahun ini merupakan hasil suara rakyat untuk menentukan 75 persen kandidat di parlemen. Pasalnya, pemerintah semi-militer Myanmar mensyaratkan 25 persen kursi dari semua majelis parlemen untuk militer.
"Gagasan bahwa sebuah negara dapat bersatu melalui kekuatan militernya adalah gagasan palsu. Militer mungkin saja tidak dapat menyatukan orang dan bahkan dapat menyebabkan perang dan pertumpahan darah. Ini adalah waktu bagi Myanmar untuk mengerahkan upaya untuk menciptakan rekonsiliasi nasional yang sejati," bunyi analisis yang dipublikasikan di harian Global New Light of Myanmar pada akhir November lalu.
Sembilan puluh persen priaMyanmar Times mencatat bahwa hasil pemilu kali ini menunjukkan lebih banyak wanita yang akan duduk di kursi parlemen Myanmar, ketimbang sebelumnya. Namun, dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya, Myanmar masih menduduki peringat terbawah dalam hal kesetaraan gender dalam parlemen.
Dari total keseluruhan anggota parlemen baru, terdapat total yakni 64 kandidat wanita yang terpilih menduduki kursi majelis tinggi atau Amyotha Hluttaw, dan majelis rendah atau Pyithu Hluttaw. Hasil ini menunjukkan hanya terdapat 10 persen anggota parlemen wanita, dari 657 kursi yang diperebutkan di kedua majelis tersebut.
Meskipun demikian, jumlah ini menunjukkan peningkatan partisipasi wanita di parlemen, mengingat hanya sekitar 4,4 persen wanita di parlemen Myanmar yang terpilih melalui pemilihan umum sela pada 2012 silam.
Tokoh wanita paling berpengaruh di Myanmar, Suu Kyi dijadwalkan akan bertemu dengan Presiden Thein Sein dan Kepala Militer Min Aung Hlaing besok, Rabu (2/12), untuk membicarakan transisi pemerintahan dari Thein Sein kepada NLD.
Kepala Komite Eksekutif NLD, Nyan Win yang ditemui CNN Indonesia di Yangon pada awal November lalu memaparkan pihak militer juga diminta ikut hadir dalam pertemuan tersebut karena militer memiliki kursi tersendiri di parlemen.
Nyan Win memaparkan pertemuan ini dimaksudkan untuk menghindari adanya permasalahan dalam transisi pemerintahan. Pertemuan tersebut, rencananya, merupakan ajang bagi seluruh pihak untuk saling mengetahui keinginan masing-masing dan bernegosiasi untuk membentuk pemerintahan Myanmar selanjutnya.
“Untuk melancarkan transisi pemerintahan, kami harus mulai berdiskusi dari sekarang,” ujarnya.
(ama/ama)