Jakarta, CNN Indonesia -- Polisi menemukan banyak bom dan amunisi serta senjata api di rumah pelaku penembakan di San Bernardino, Amerika Serikat. Hingga saat ini polisi masih menelusuri motif tersangka.
Seperti diberitakan CNN, Kamis (3/12), polisi yang menggeledah kediaman Rizwan Farook, 28, dan istrinya Tashfeen Malik, 27, menemukan 12 bom pipa, 2.000 amunisi pistol 9 mm, 2.500 amunisi senapan larang panjang .223, dan ratusan perkakas yang diduga untuk membuat peledak.
Dalam penelusuran sebelumnya, polisi menemukan bahwa persenjataan yang dimiliki Farook dibeli dengan sah. Farook, pria kelahiran AS yang tercatat pernah ke Arab Saudi dan Pakistan, juga tidak masuk masuk dalam pengawasan FBI.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penggeledahan dilakukan setelah Farook dan Malik tewas dalam baku tembak dengan polisi. Keduanya menyerang sebuah fasilitas bagi penyandang cacat dan menewaskan 14 orang, melukai 21 lainnya.
Sebelum melakukan serangan, Farook yang bekerja di fasilitas tersebut dilaporkan marah dan pulang ke rumah. Dia lalu kembali bersama istrinya, membawa senapan laras panjang dan banyak amunisi. Polisi menemukan ribuan amunisi di dalam mobil yang digunakan keduanya.
Polisi masih mencari motif yang melatarbelakangi tindakan para pelaku. Polisi tidak menampik adanya dugaan ekstremisme dan terorisme dalam peristiwa itu, namun kesimpulan masih terlalu dini untuk ditarik.
Peristiwa ini menambah panjang daftar penembakan massal di AS yang tahun ini mencapai 350 kasus. Penembakan San Bernardino adalah yang paling banyak memakan korban setelah penembakan di SD Sandy Hook, Desember 2012, yang menewaskan 27 orang.
Kasus kali ini membuat Presiden Barack Obama kembali mengangkat isu reformasi kepemilikan senjata api.
"Kita daftar larangan terbang yang membuat seseorang tidak bisa naik pesawat. Tapi orang yang sama itu membeli senjata di AS dan tidak ada yang bisa kita lakukan," kata Obama dalam wawancara dengan CBS News.