Pelaku Penembakan Massal di AS Diduga Teradikalisasi

CNN Indonesia
Jumat, 04 Des 2015 08:01 WIB
Pelaku penembakan massal AS yang menewaskan 14 orang diduga teradikalisasi karena pernah berhubungan dengan orang yang berada di daftar FBI terkait terorisme.
Pelaku penembakan massal AS yang menewaskan 14 orang diduga teradikalisasi karena pernah berhubungan dengan orang yang berada di daftar FBI terkait terorisme. (Reuters/Alex Gallardo)
Jakarta, CNN Indonesia -- Pihak berwenang mengatakan bahwa Syed Rizwan Farook bersama istrinya, Tashfeen Malik, pelaku penembakan massal di California, Amerika Serikat, sepertinya sudah teradikalisasi, dan berhubungan dengan orang-orang yang sedang diinvestigasi oleh FBI.

Sebanyak 14 orang tewas dan 21 lainnya terluka ketika pasangan yang bertemu di layanan kencan online itu menyerbu sebuah pesta yang berlangsung di Inland Regional Center, San Bernardino, Rabu (2/12).
Namun radikalisasi belum tentu menjadi penyebab satu-satunya pembantaian, karena keluhan di tempat kerja juga ditengarai memainkan peran.

CNN melansir Presiden AS Barack Obama pada Kamis (3/12) mengisyaratkan bahwa para penyerang kemungkinan memiliki motif campuran.
David Bowditch, asisten direktur FBI di wilayah Los Angeles, mengatakan kepada wartawan bahwa Farook telah melakukan perjalanan ke Pakistan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebelumnya, Reuters melaporkan bahwa orangtua Farook adalah imigran asal Pakistan. Farook juga disebut pernah mengunjungi Arab Saudi. Malik sendiri lahir di Pakistan dan tinggal di Saudi hingga ia bertemu Farook. FBI mengatakan bahwa Malik berada di AS dengan paspor Pakistan.

Pihak berwenang AS mengatakan Farook tak masuk ke daftar orang yang mereka awasi. Ia pergi menunaikan haji pada 2013 selama beberapa minggu dan dalam periode inilah ia bertemu Malik.
Malik masuk ke AS pada Juli 2014 dengan “visa tunangan” dan lalu menjadi warga permanen. Rekaman pihak berwenang AS dan Saudi juga menunjukkan bahwa Farook juga berada di Saudi pada Juli 2014 selama sembilan hari.  

Pasangan itu tak pernah berada di dalam daftar FBI untuk orang yang berpotensi teradikalisasi, bahkan tak pernah berhubungan dengan polisi hingga Rabu.

Namun berdasar investigasi pihak berwenang, ia pernah berbicara lewat telepon dan media sosial dengan lebih dari satu orang yang sedang diawasi terkait terorisme.

Komunikasi mereka, meski begitu, tak sering terjadi. Orang-orang yang diawasi ini pun bukanlah prioritas tinggi, dan terakhir kali Farook berhubungan dengan mereka sudah berbulan-bulan lalu.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER