Jakarta, CNN Indonesia -- Sehari setelah penembakan massal di California yang menewaskan 14 orang dan melukai 21 orang lainnya, anggota Senat Amerika Serikat dari Partai Republik dan Partai Demokrat berdebat soal pengendalian senjata api. Namun seperti sebelumnya, lagi-lagi usulan untuk memperketat kontrol senjata tak lolos.
Partai Demokrat mencoba memperluas latar belakang terhadap pembelian senjata di pameran senjata dan internet. Mereka juga mengusulkan menutup celah yang memungkinkan orang-orang yang berada di bawah pengawasan untuk membeli senjata dan bahan peledak.
Kedua upaya itu gagal menabrak oposisi mereka, Partai Republik yang mayoritas.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Partai Republik mengatakan bahwa pemerintah bisa saja keliru menempatkan seseorang dalam daftar pengawasan, menolak hak konstitusional mereka untuk membeli senjata. Asosiasi Senapan Nasional yang berpengaruh juga telah memberi argumen yang sama.
Senator Partai Republik asal Texas, John Cornyn, juga gagal memberi alternatif untuk menahan penjualan selama 72 jam bagi mereka yang berada dalam daftar pengawasan. Banyak yang menganggap bahwa pemeriksaan latar belakang semacam itu butuh waktu lebih lama.
FBI, sementara itu, sedang memastikan motif dan keterkaitan dua pelaku penembakan di Inland Regional Center, San Bernardino, dengan terorisme. Sebelumnya, pihak berwenang AS mengatakan bahwa pelaku pria, Syed Rizwan Farook, kemungkinan teradikalisasi kerena pernah berhubungan dengan orang yang berada di daftar pengawasan FBI.
Dalam konferensi pers sebelum pemungutan suara, senator Partai Demokrat Richard Blumenthal mengatakan, "Kongres terlibat dalam pembunuhan massal tersebut ketika gagal untuk bertindak."
Negara bagian asal Blumenthal dari Connecticut adalah lokasi penembakan massal tiga tahun lalu ketika seorang pria bersenjata berusia 20 tahun memasuki sekolah dasar dan membunuh 20 anak dan enam karyawan.
Setelah tragedi itu, undang-undang kontrol senjata muncul, namun gagal pada 2013 menyusul debat Senat yang emosional.
Dengan penembakan massal terbaru di Paris, serta di Colorado dan California yang belum lama terjadi, Partai Demokrat berpendapat sentimen sedang berbalik menguntungkan mereka soal kontrol senjata.
"Saya pikir kita...mencapai titik kritis," kata Senator asal New York Charles Schumer. Penembakan massal "minggu demi minggu…membangkitkan hati nurani Amerika."
Namun hasil pemungutan suara dan sebuah jajak pendapat menyiratkan bahwa AS bisa jadi belum mencapai “titik kritis” yang dimaksud Schumer.
Sebuah jajak pendapat oleh Washington Post/ABC News bulan lalu menemukan 82 persen berpikir kekerasan senjata adalah masalah yang sangat serius atau agak serius. Tapi pendapat terbagi hampir merata soal mana yang lebih penting: memberlakukan undang-undang baru untuk mengurangi kekerasan senjata atau melindungi hak untuk memiliki senjata.
Jajak pendapat juga menemukan bahwa 63 persen menyalahkan penembakan massal pada masalah kesehatan mental, sementara 23 persen menyalahkan kontrol senjata yang tidak memadai.
(stu)