Ankara, CNN Indonesia -- Turki menolak permintaan Rusia agar diijinkan melakukan penerbangan pengawasan rutin di wilayah udaranya yang sebelumnya diatur dalam pakta kerjasama.
Pakta itu dibuat pada 1992 dan bertujuan meningkatkan rasa saling percaya dengan mengijinkan penandatangannya melakukan penerbangan pengawasan di wilayah udara negara lain sehingga ada transparansi dalam urusan militer.
Rusia dijadwalkan melakukan penerbangan rutin di wilayah Turki antara 2 dan 5 Februari.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tetapi kementerian luar negeri Turki mengatakan pada Kamis (4/2) bahwa tidak tercapai kesepakatan sehingga penerbangan itu tidak bisa dilakukan.
Rusia menyalahkan Turki dengan mengatakan bahwa Ankara tidak menentukan persyaratan atas rencana penerbangan pengawasan itu, tetapi menolak rencana itu ketika Moskow mengajukan usul rute penerbangan di wilayah dekat perbatasan Suriah.
“Jadi akibat pelanggaran persyaratan traktat tersebut dan langkah tidak membangun dari Turki, ini adalah preseden yang berbahaya bagi kegiatan yang tidak terkendali dari salah satu penandatanga traktak Udara Terbuka,” ujar Sergei Ryzhkow, pejabat kementerian pertahanan Rusia.
Kementerian luar negeri Turki mengatakan penerbangan pengawasan hanya bisa dilakukan jika kedua belah pihak menyepakati rencana misi, dan mengatakan bahwa Rusia juga membatasi penerbangan di wilayah negaranya.
Rusia dan Turki, negara anggota NATO, mendukung kubu yang bertikai dalam perang saudara Suriah. Moskow mendukung Presiden Bashar al-Assad, sementara Ankara mendukung para pejuang pemberontak yang ingin menggulingkan presiden al-Assad.
Hubungan antara Moskow dan Ankara memburuk sejak 24 November ketika Turki menembak jatuh satu pesawat tempur Rusia di dekat perbatasan Suriah. Turki mengatakan jet itu melanggar wilayah udaranya, tudingan yang dibantah oleh Rusia.
Traktat Udara Terbuka, disepakati oleh anggota NATO dan Pakta Warsawa pada 1992, dibuat agar 34 pesertanya bisa melakukan pengawasan udara di wilayah masing-masing untuk mempromosikan transparansi di bidang militer.
Kesepakatan Turki dan Rusia berlaku pada 2006, dan sejak itu Moskow melakukan rata-rata penerbangan dua kali setiap tahun sementara Turki melakukan penerbangan empat kali per tahun.