Jakarta, CNN Indonesia -- ISIS kini memiliki 25 ribu militan di Irak dan Suriah, menurun sekitar 20 persen dari perkiraan intelijen Amerika Serikat sebelumnya yang mencapai 31 ribu. ISIS pun dianggap melemah.
Sejumlah pejabat AS kemudian menjabarkan beberapa faktor yang dapat menjadi penyebab penurunan tersebut, seperti kekalahan di medan perang, pembelotan para militan, hingga kesulitan perekrutan.
Juru Bicara Gedung Putih, Josh Earnest, menganggap kemunduran ISIS ini merupakan pertanda keberhasilan upaya koalisi serangan udara di bawah komando AS di Irak dan Suriah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Mereka masih menjadi ancaman, tapi potensinya berkurang. ISIS mengalami kemunduran yang signifikan," ujar Earnest pada Kamis (4/2) seperti dikutip
Reuters.
Sejak beroperasi pada dua tahun lalu, koalisi udara pimpinan AS sudah melakukan 10 ribu serangan untuk melumpuhkan ISIS.
Namun, menurut Earnest, keberhasilan ini juga merupakan hasil kerja sama kuat dengan pasukan darat yang berkoordinasi dengan koalisi AS, seperti tentara Irak, milisi tradisional, dan kelompok-kelompok oposisi Suriah.
Kini, kata Earnest, komunitas internasional mulai mencari cara untuk mengurangi jumlah militan asing yang berupaya bergabung dengan ISIS.
"ISIS sekarang mengalami kesulitan lebih banyak daripada sebelumnya dan kami sudah mengetahui sejak lama pentingnya komunitas internasional untuk bekerja sama mengentikan gelombang militan asing ke kawasan tersebut," tutur Earnest.
Kendati demikian, menurut juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS, Emily Horne, salah satu alasan penurunan jumlah militan ISIS juga karena kesulitan para calon anggota asing untuk mencapai markas kelompok tersebut.
Menurut Horne, sekarang ini para militan asing yang tak bisa mencapai Irak atau Suriah justru berganti haluan ke Libya, di mana ISIS ingin membangun wilayah kekuasaan baru.
Laporan intelijen ini tak menjelaskan afiliasi ISIS di Asia Tenggara dan bagian Timur Tengah lain hingga Afrika Utara, wilayah yang diperkirakan menjadi daerah perluasan Libya.
Kekuatan ISIS di kawasan Libya juga masih simpang siur. Beberapa pihak Kementerian Pertahanan AS mengatakan jumlah militan di daerah tersebut sekitar 3.000, sementara perkiraan pejabat lain mencapai 5.000-6.000.
Sementara itu, Rusia juga melakukan serangan udara di Suriah untuk menggempur ISIS demi mendukung rezim Presiden Bashar al-Assad.
(stu/stu)