Jakarta, CNN Indonesia -- Militer Amerika Serikat kini sedang mengembangkan sebuah program yang memudahkan personelnya untuk memiliki anak dengan membekukan sperma atau sel telur. Dengan jaminan ini, Pentagon berharap akan lebih banyak tentara yang mau bergabung dengan militer, baik laki-laki maupun perempuan.
Menurut Pentagon, para tentara kemungkinan lebih rela terluka jika sudah ada jaminan mereka mampu memiliki anak jika terjadi cedera parah selama bertugas di daerah konflik.
"Kami dapat membantu anggota pria dan perempuan kami untuk memastikan kemampuan mereka membentuk keluarga bahkan jika mereka mengalami luka perang," ujar Menteri Pertahanan AS, Ash Carter, pada pekan lalu seperti dikutip
RT, Jumat (5/2).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Carter lantas memastikan bahwa Kemenhan AS akan menanggung seluruh biaya pembekuan sperma atau sel telur tersebut melalui sebuah program bagi anggota aktif.
Merujuk pada data Kemenhan, mayoritas anggota militer AS sedang dalam masa prima untuk berkeluarga.
Hampir separuh porsi personel pertahanan AS berusia di bawah 26 tahun dengan hanya 22 persen di antaranya berumur antara 26-30 tahun. Empat dari sepuluh petugas berusia 26-35 tahun.
Rencana ini merupakan bagian dari inisiatif Pasukan Masa Depan. Melalui program ini, pertahanan AS juga mencoba untuk mengintegrasikan secara penuh perempuan dalam setiap cabang, termasuk peran bertempur yang sebelumnya sangat terbatas.
Kini, kebanyakan perempuan yang mengabdi di militer memilih untuk keluar setelah melahirkan. Carter dan para pimpinan lain berharap program ini dapat membuat anggota perempuan fokus ke karier militer mereka.
"Investasi ini juga akan memberikan fleksibilitas tinggi bagi yang ingin memulai keluarga, tapi sulit karena mereka sedang membangun karier," kata Carter, seperti dikutip
New York Times.
Rincian program ini masih terus dikembangkan dan Carter memperkirakan bahwa kerangka garis besar akan rampung beberapa pekan ke depan.
Program ini akan ditawarkan melalui Tricare, layanan kesehatan militer AS. Mengacu pada laporan
Military Times, Pentagon mengestimasi biaya program ini sekitar US$150 juta atau setara Rp2 triliun selama lima tahun.
Menurut juru bicara Pentagon, Matthew Allen, hanya personel militer aktif yang dapat mengikuti program dua tahun ini. Program ini juga dapat dijadikan permanen, bergantung pada hasil evaluasi.
Pembekuan sperma memang sudah sering didengar, tapi untuk sel telur, baru merebak beberapa tahun belakangan. Layaknya sperma, pembekuan sel telur juga tak dijamin keberhasilannya.
"Membekukan sperma dan sel telur tak semudah membekukan ayam untuk makan malam. Jika sel telur tak bekerja dengan semestinya, kalian tidak akan mengetahuinya hingga berusia 39 tahun," ucap seorang profesor bioetik dari Pusat Medis Langone di New York University, Arthur Caplan.
Selain itu, Caplan juga meragukan beberapa isu teknis dalam pembekuan sperma atau sel telur.
"Apa yang terjadi jika kalian meninggal? Apakah istri kalian dapat menggunakannya?" katanya.
(stu/stu)