Jakarta, CNN Indonesia -- Pangeran Harry berhasil lolos dari maut ketika ia sedang berada di basis militer Inggris di Afghanistan dan rudal Taliban menghantam pos penjagaan di dekatnya.
Kisah ini pertama kali terungkap dalam buku terbaru karya seorang sersan dalam peleton anti-tank militer Inggris, Tom Pal, yang bertajuk "Coldstream Guards, 10 Years in Afghanistan, Guardsmen's Stories."
Kala itu, Harry baru berusia 23 tahun dan diterjunkan ke kamp Dwyer, satu pos di tengah padang pasir yang berjarak sekitar 9,6 kilometer dari garda depan.
Pal menceritakan bagaimana ia dan Harry berada di baris ketiga dalam pertahanan Inggris. Mereka sedang mengobrol ketika rudal tersebut menghantam.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya ingat pada satu sore sebelum malam menjelang dan kari tersedia, saya sedang duduk mengobrol bersama Kapten Russel dan Pangeran Harry mengenai hal-hal tak penting ketika kamp diserang rudal 107mm buatan China.
Whoosh,
bang,
wallop," tulis Pal seperti dikutip
The Telegraph.
Mereka kemudian saling menatap sebelum akhirnya Kapten Russel menyarankan agar mereka memakai pelindung tubuh dan helm. "Terlambat, tapi kami melakukannya," kata Pal.
Pal mengatakan kepada
The Times bahwa rudal tersebut menabrak sebuah gedung yang terletak sekitar 60 meter dari tempat mereka duduk. Menurut Pal, saat itu Pangeran Harry sangat terkejut.
"Itu sangat dekat. Saat itu kami bekerja, semua sangat menguras mental. Beberapa pos pemeriksaan diserang setiap hari. Tak ada hal baru. Hal baru adalah ketika Anda duduk di samping anggota kerajaan, berbincang, hal-hal tak penting. Lalu tiba-tiba, semuanya buyar," tulis Pal.
Saat itu, Pal mengaku kaget melihat Pangeran Harry dikirim sangat dekat dengan medan perang.
"Saya pernah melihatnya di tempat pelatihan sebelum penempatan di Gurkhas, tapi saya tidak berpikir ia akan berada di sana dan melakukan pekerjaan yang cukup berbahaya sebagai pengontrol dari udara," katanya.
Menurut
RT, dalam perjalanan keduanya ke Afghanistan ini, Harry bekerja sebagai kru dalam helikopter Apache untuk mengawasi tentara di darat.
Ia sempat menyebar kontroversi ketika membandingkan pekerjaannya sebagai kopilot dengan sekadar bermain video di komputer.
(ama)