Tak Banyak Perubahan, Pamor PM Australia Mulai Redup

Amanda Puspita Sari/Reuters | CNN Indonesia
Senin, 15 Feb 2016 12:19 WIB
Dukungan untuk PM Australia Malcolm Turnbull dalam jajak pendapat terus menurun, karena pemerintahannya dinilai tidak banyak meluncurkan kebijakan baru.
Foto: Stefan Postles/Getty Images
Jakarta, CNN Indonesia -- Masa keemasan kepemimpinan Perdana Menteri Australia Malcolm Turnbull, yang dilantik pada pertengahan September tahun lalu, dikhawatirkan akan segera pudar karena dukungan untuk Turnbull terus menurun dalam jajak pendapat. Sejumlah ekonom dan pakar politik menilai hal ini terjadi karena pemerintahan Turnbull tidak banyak meluncurkan kebijakan baru. 

Hasil jajak pendapat yang digelar oleh Fairfax-Ipsos kepada 1.403 orang pada 11-13 Februari lalu menunjukkan dukungan kepada Turnbull--dari Partai Liberal--terus merosot tajam, yakni 52 persen, hanya unggul empat poin atas Partai Buruh yang berhaluan kiri-tengah, dengan 48 persen dukungan. 

Ini merupakan dukungan terendah bagi Turnbull setelah dia melengserkan perdana menteri sebelumnya, Tony Abbot. 
Pada Sabtu (13/2) Turnbull mengumumkan perombakan kabinetnya, yang dipicu oleh pengunduran diri Stuart Robert sebagai menteri pelayanan masyarakat, dua menteri yang pensiun dan pemecatan dua pejabat lainnya karena terlibat dalam skandal politik.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sementara, Senat Australia terus berupaya menghalangi setiap kebijakan utama yang dikeluarkan Turnbull. Selain itu, Turnbull juga menghadapi sejumlah pejabat yang konservatif di partainya yang mendukung sejumlah kebijakan peninggalan Abbott yang tidak populer, terutama soal pernikahan sesama jenis dan perubahan iklim.
"Jika Anda akan mengikuti agenda Tony Abbott, maka mengapa Anda menggulingkan dia? Tampaknya ini murni didorong oleh faktor pribadi," kata dosen senior dalam bidang pemerintahan di Universitas Sydney, Peter Chen.

"Saya pikir pemilihan parlemen merupakan sebuah kemungkinan," ujarnya menambahkan. 

Anjloknya harga komoditas di Australia membuat kas negara terkuras dan menjadi tantangan utama pemerintahan Turnbull di bidang keuangan. Hal ini juga dapat merusak citra Turnbull yang terkenal sebagai seorang mantan manajer keuangan berdasarkan latar belakangnya di sektor swasta.

Desember lalu, defisit anggaran Australia diperkirakan membengkak menjadi AUS$37,4 miliar (Rp354 triliun) pada tahun ini hingga Juni, karena menurunnya harga untuk sejumlah sumber daya ekspor penting membuat penerimaan pajak terus anjlok. 
Pekan lalu, Turnbull sudah mengindikasikan kemugkinan digelarnya pemilihan umum parlemen setelah mengesampingkan kenaikan Pajak Barang dan Jasa (GST), karena mendapat tekanan dari partainya sendiri. (ama/stu)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER