Australia Sita Narkoba Rp11,8 Triliun dalam Bra Silikon

Amanda Puspita Sari | CNN Indonesia
Senin, 15 Feb 2016 15:21 WIB
Polisi Australia menyita narkoba jenis metamfetamin senilai AUS$1,25 miliar atau sekitar Rp11,8 triliun yang diselundupkan dalam pengiriman bra silikon.
Polisi Australia menyita narkoba jenis metamfetamin senilai AUS$1,25 miliar, atau sekitar Rp11,8 triliun yang diselundupkan dalam pengiriman bra silikon. (Reuters/Jason Reed)
Jakarta, CNN Indonesia -- Polisi Australia menyita narkoba jenis metamfetamin senilai AUS$1,25 miliar, atau sekitar Rp11,8 triliun yang diselundupkan dalam pengiriman bra silikon dan perlengkapan seni.

Menurut pihak berwenang, penyitaan pada Senin (15/2) merupakan salah satu yang terbesar dalam sejarah Australia, baik dari segi nilai uang maupun banyaknya metamfetamin yang disita.

Selain menyita narkoba, polisi juga menahan empat warga negara China, tiga di antaranya berasal dari Hong Kong yang diduga berperan atas pengiriman dan pembuatan 720 liter metamfetamin tersebut.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"[Penyitaan] ini mengurangi sekitar 3,6 juta pemakai metamfetamin," ujar Menteri Kehakiman Federal Australia, Michael Keenan, dikutip dari CNN.
Keenan menyatakan bahwa operasi ini merupakan hasil dari investigasi bersama antara sejumlah pihak berwenang Australia dengan Komisi Pengendalian Narkotika Nasional China. Narkoba yang disita diambil dari sejumlah lokasi di Sydney, termasuk dari peti kemas asal Hong Kong.

"Ini merupakan tindakan penjahat terorganisir yang menargetkan pasar [pengguna metamfetamin] Australia yang menguntungkan dari luar negeri," kata Keenan.

"Sementara Australia terus berupaya untuk menghancurkan perdagangan narkoba, geng kriminal yang terorganisir akan terus menargetkan pasar Australia," ujarnya menambahkan.

Tahun lalu, pemerintah Australia menyatakan perang terhadap penggunaan metamfetamin kristal yang disebut menjadi epidemi, dan meluncurkan satuan tugas nasional khusus utuk mengatasi penjualan dan penggunaan narkoba tersebut.
Dikutip dari Reuters, menurut Institut Kesehatan dan Kesejahteraan Australia, terdapat sekitar 2,1 persen warga Australia yang menggunakan metamfetamin atau amphetamine pada 2014. Jumlah ini menjadikan Australia sebagai salah satu negara dengan pengunaan narkoba tertinggi di dunia.

Sementara, menurut kantor PBB untuk Narkoba dan Kejahatan, China merupakan negara produsen bahan kimia terbesar untuk membuat obat, baik obat resmi maupun terlarang.

China juga tengah berupaya untuk menanggulangi tingkat penggunaan narkoba yang tinggi, dengan sekitar 14 juta pecandu narkoba pada 2014, menurut Komisi Pengawasan Narkotika Nasional China.

"China terkenal sebagai negara produsen besar metilamfetamin, bukan hanya di Australia, tetapi di seluruh dunia," kata Manajer Kepolisian Federal Australia (AFP)  untuk Negara Bagian New Sout Wales, Komandan Chris Sheehan.

Seheehan menambahkan bahwa bekerja sama dengan pihak berwenang China berarti AFP mulai dapat mencari sumber jaringan penyelundupan narkoba di luar batas wilayah Australia.

"Ini memberi kita kemampuan untuk tidak hanya menargetkan anggota sindikat yang datang ke Australia, tapi juga ke titik asal [narkoba]," katanya.
Keenan menambahkan bahwa semua dakwaan kepada para tersangka dapat berujung hukuman seumur hidup.

"Ini merupakan pukulan telak bagi kelompok kriminal terorganisir yang menjual metamfetamin, dan menunjukkan kepada mereka bahwa jika mereka menargetkan pasar Australia, kami dapat menuntut mereka," kata Keenan.

Sebelumnya, penyitaan narkoba dalam jumlah besar lain terjadi di Australia pada 2014 lalu, ketika polisi menyita ekstasi dan metamfetamin senilai US$1,5 miliar (Rp20 triliun) yang diimpor dari Eropa.

Metamfetamin, atau yang sering disebut juga dengan "ice," menurut para ahli dapat menyebabkan psikosis dan masalah psikologis jangka panjang. Penggunaan narkoba jenis ini juga terkait dengan sejumlah serangan kekerasan, perampokan dan kematian di jalan raya.

Manajer Komisi Kejahatan Australia untuk Negara Bagian New South Wales, Warren Gray menyatakan bahwa operasi gabungan seperti ini memiliki peran penting untuk memerangi penggunaan metilamfetamin.

"Metilamfetamin, sejauh ini, merupakan ancaman terbesar bagi masyarakat Australia ketimbang semua jenis obat terlarang lainnya, dan dengan margin yang signifikan," katanya. (ama)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER