Dituduh Radikal, Jerman Tutup Lembaga Islam di Bremen

Denny Armandhanu/Reuters | CNN Indonesia
Rabu, 17 Feb 2016 01:30 WIB
Lembaga tersebut ditutup karena memiliki kaitan dengan organisasi pendidikan serupa yang dilarang setelah beberapa anggotanya bergabung dengan ISIS di Suriah.
Ilustrasi pasukan anti teror. (Reuters/Youssef Boudlal)
Jakarta, CNN Indonesia -- Pemerintah Jerman menutup lembaga pendidikan Islam di kota Bremen karena dianggap menyebarkan paham radikal. Penutupan ini juga diiringi oleh penggerebekan polisi terhadap 12 apartemen milik warga Muslim di kota tersebut.

Diberitakan Reuters, Selasa (16/2), Menteri Bremen Ulrich Maeurer mengatakan bahwa lembaga Islamic Association Bremen ditutup karena memiliki kaitan dengan organisasi pendidikan serupa yang dilarang setelah beberapa anggotanya bergabung dengan ISIS di Suriah.
Lebih dari 200 polisi  terlibat dalam penggeledahan di 12 apartemen warga Muslim anggota lembaga pendidikan Islam tersebut. Maeurer mengatakan polisi menyita telepon seluler, komputer, piranti keras dan kartu memori dalam penggeledahan itu.

Tidak ada warga yang ditahan dalam operasi itu. Polisi juga menggeledah bengkel mobil di Delmenhorst, luar kota Bremen.
"Organisasi ini telah mempromosikan radikalisasi warga, dan mendukung serta bergabung dengan ISIS. Ini berarti bahwa warga yang tinggal di lingkungan kita siap menjadi teroris dalam semalam," kata Maeurer.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya pasti terdengar sinis saat mengatakan ini: Keamanan seperti apa yang kita punya ketika mereka hanya merencanakan serangan di Suriah? Kita harus simpulkan bahwa hal serupa juga bisa terjadi di Jerman," lanjut dia.
Sebelumnya pada Desember 2014 pemerintah kota Bremen telah melarang organisasi Culture and Family Society karena dianggap mempromosikan jihad dan mati syahid di antara anggotanya. Enam dari anggotanya diketahui tewas saat bertempur bersama ISIS di Suriah.

Kepala kepolisian federal Jerman mengatakan bulan lalu bahwa beberapa anggota ISIS yang kembali ke negara itu setelah berperang di Suriah dan Irak terus bertambah. Lebih dari 400 orang kini tengah dalam pengawasan lekat polisi. (den)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER