Jakarta, CNN Indonesia -- Perdana Menteri Inggris, David Cameron mengumumkan bahwa para pemimpin negara Uni Eropa telah mencapai kesepakatan untuk memberikan berbagai "status spesial" sebagai pertimbangan agar Inggris tidak keluar dari blok itu. Meski demikian, keanggotaan Inggris di Uni Eropa akan ditentukan rakyat Inggris sendiri melalui referendum.
Usai diskusi selama dua hari yang berlangsung alot di Brussels, Belgia, para pemimpin Uni Eropa sepakat dengan suara bulat untuk menerapkan sejumlah langkah yang bertujuan membuat Inggris tetap berada di blok berisi 28 negara anggota Eropa itu.
Keputusan yang mengikat secara hukum ini memberikan Inggris pengecualian eksplisit dari tujuan berdirinya Uni Eropa, yakni "persatuan yang dekat." Keputusan ini juga menawarkan Inggris konsesi soal hak-hak kesejahteraan pekerja migran, dan perlindungan bagi pusat keuangan Kota London dari zona euro.
Cameron menyatakan keputusan itu mengabulkan semua keingan utamanya dan akan merekomendasikan hasil kesepakatan ini untuk kabinetnya pada Sabtu (20/2). Jika kabinetnya menerima kesepakatan ini, maka Inggris dapat menggelar referendum untuk menentukan apakah tetap berada di Uni Eropa atau keluar dari blok itu. Referendum paling cepat digelar pada Juni tahun ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Cameron berjanji akan berkampanye soal referendum secara besar-besaran agar Inggris mempertahankan keanggotaannya di Uni Eropa.
"Saya percaya kami lebih kuat, lebih aman dan lebih baik dalam Uni Eropa yang sudah direformasi," katanya dalam konferensi pers usai pertemuan di Brussels pada Jumat (19/2), dikutip dari
Reuters.
"Dan itulah sebabnya saya akan berkampanye dengan sepenuh hati dan jiwa saya untuk membujuk rakyat Inggris agar bertahan di Uni Eropa yang sudah direformasi," ujarnya.
Kesepakatan ini meloloskan sejumlah tuntutan utama Cameron "dalam perjanjian baru" dengan Eropa, yakni komitmen Uni Eropa untuk menyadari bahwa Inggris tidak terikat secara politik oleh blok apapun. Uni Eropa juga berjanji melindungi peraturan keuangan yang diterapkan Kota London dari zona Euro.
Dengan kesepakatan ini, Cameron yakin dia dapat mengurangi arus pekerja imigran yang membanjiri Uni Eropa serta membuat Inggris tidak terpengaruh oleh situasi politik dalam blok tersebut. "Akan ada pembatasan baru yang ketat terhadap sistem kesejahteraan kami untuk imigran Uni Eropa," ujar Cameron, dikutip dari
CNN.
"Tidak akan ada lagi iming-iming. Inggris tidak akan pernah bergabung dengan euro, dan kami sudah mengamankan perlindungan yang penting bagi perekonomian kami untuk memiliki akses penuh terhadap aturan perdagangan pasar tunggal yang bebas meski tetap berada di luar euro," kata Cameron.
Meski demikian, Cameron menegaskan Inggris akan mendapat manfaat dari kerja sama Uni Eropa soal pemberantasan kejahatan dan terorisme.
"Tapi Inggris tidak harus bekerja sama dalam sektor-sektor Uni Eropa yang tidak akan berguna bagi kami, seperti zona euro atau dana talangan bagi zona euro," tutur Cameron.
Cameron menyatakan dia ingin Inggris terbebas dari keharusan untuk memberikan berbagai jaminan sosial bagi para imigran, bahkan yang datang dari negara-negara Uni Eropa, kecuali para imigran ini sudah tinggal di Inggris selama beberapa tahun.
Menanggapi kesepakatan ini, Kanselir Jerman Angela Merkel, salah satu sekutu terkuat Inggris di Eropa, mengatakan, "Kami percaya bahwa dengan ini kami telah memberikan David Cameron paket yang membuatnya dapat berkampanye agar Inggris tetap bergabung dengan Uni Eropa."
Sementara, Presiden Komisi Eropa Jean-Claude Juncker menyatakan, "Jadi kesepakatan sudah tercapai dan kini tergantung kepada rakyat Inggris untuk memutuskan."
Donald Tusk, presiden Dewan Eropa, menyatakan kesepakatan ini tidak berkompromi dengan "nilai-nilai fundamental kami."
"Saya sangat percaya bahwa Inggris perlu Eropa dan Eropa perlu Inggris. Kami telah melakukan semua yang kami bisa. Tapi keputusan akhir ada di tangan rakyat Inggris," ujarnya.
Cameron mengakui bahwa salah satu sekutu politik terdekatnya, Menteri Kehakiman Inggris Michael Gove, akan berkampanye agar Inggris meninggalkan Uni Eropa. Cameron mengaku kecewa namun tidak terkejut jika sejumlah pejabat di partai yang dipimpinnya, Partai Konservatif juga inggin Inggris keluar dari Uni Eropa
Dalam konferensi pers itu, Cameron juga menolak mengkonfirmasi tanggal digelarnya referendum yang disebut-sebut akan berlangsung pada 23 Juni 2016.
(ama)