Jakarta, CNN Indonesia -- Seorang guru Yahudi di Perancis, Tsion Saadon, yang mengaku diserang oleh simpatisan ISIS pada November lalu ditahan atas tuduhan berbohong mengenai klaim tersebut.
Seperti dilansir media Perancis,
La Provence, Saadon diseret ke pengadilan pada Rabu (24/2) karena memberikan keterangan yang tidak konsisten mengenai tragedi penyerangan pada 18 November tersebut.
Di hari yang sama setelah rangkaian teror menewaskan setidaknya 130 orang di Paris, kepolisian Marseille langsung mengumpulkan para awak media untuk menanyakan versi cerita dari setiap korban.
Saadon mengaku ditusuk oleh seorang pria yang mengenakan kaus bergambar lambang ISIS. Menurut Saadon, pria itu bersama dua orang lainnya meneriakkan olokan anti-Semit.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Salah satu dari dua orang itu menunjukkan foto orang yang menewaskan empat warga Yahudi di Toulouse pada 2012 lalu, Mohammed Merah, melalui layar ponselnya.
Pria yang berprofesi sebagai guru sejarah di sekolah Yavne Jewish ini kemudian menunjukkan luka ringan di tubuhnya.
Namun menurut sumber kepolisian anonim, luka yang ditunjukkan Saadon saat itu tidak sesuai dengan versi setelah ditanyai polisi. Saadon diduga memberikan pernyataan palsu dan kemungkinan dapat didakwa.
Saadon bukan guru pertama yang dibawa ke pengadilan karena memberikan keterangan palsu mengenai rangkaian serangan tersebut.
Pada Januari lalu, seorang guru bidang keperawatan diminta menjalani tes psikologi setelah mengakui bahwa ia berbohong mengenai serangan di ruang kelasnya.
Seperti diberitakan AFP, guru itu mengatakan bahwa seorang pria masuk ke ruang kelasnya untuk memenggalnya dengan pisau dan gunting. Namun setelah itu, ia mengaku hanya mengarang cerita dan melukai lehernya sendiri.
(stu)