KTT OKI untuk Palestina, Masalah Bertindak atau Tidak

Hanna Azarya Samosir | CNN Indonesia
Jumat, 04 Mar 2016 17:20 WIB
Menurut Menlu Retno, KTT Luar Biasa OKI merupakan upaya yang tidak akan sia-sia dan penting dalam upaya pembebasan Palestina dari Israel.
Ilustrasi bendera Palestina (Getty Images/Paula Bronstein)
Jakarta, CNN Indonesia -- Begitu banyak konferensi dan desakan publik internasional untuk mewujudkan kemerdekaan Palestina, tapi konflik dengan Israel tak kunjung usai. Untuk mengetengahkan kembali upaya memperjuangkan kedaulatan Palestina, Organisasi Kerja Sama Islam akan menggelar Konferensi Tingkat Tinggi Luar Biasa OKI khusus untuk membahas Palestina dan Al-Quds Al-Syarif di Jakarta pada 6-7 Maret mendatang.

Menurut Menteri Luar Negeri Republik Indonesia, Retno LP Marsudi, upaya ini tidak akan sia-sia dan tetap penting dalam kontribusi terhadap upaya pembebasan Palestina dari Israel.

"Jika bicara masalah Palestina itu kita harus berpikir do something or do nothing. Kami memilih untuk do something," ujar Retno dalam bincang-bincang dengan awak media di Kementerian Luar Negeri, Jakarta, Jumat (4/3).
Retno juga menyadari bahwa begitu banyak konferensi dan pertemuan internasional yang membahas isu Palestina. Meskipun prosesnya sangat lamban, Retno yakin semuanya akan memberikan kontribusi baik.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Semua pasti memberikan pengaruh. Jika sejak dulu tidak ada konferensi pernyataan dukungan semacam ini, saya tidak yakin sekarang ada 137 negara yang mendukung kemerdekaan Palestina," ucap Retno.

Retno menyebut upaya ini sebagai investasi. "Sekecil apapun pengaruhnya, kita harus tetap berusaha," katanya.
Menyambut pernyataan Retno, Direktur Jenderal Multilateral Kemlu, Hasan Kleib, kembali menjelaskan bahwa KTT Luar Biasa OKI ini penting untuk mengingatkan kembali dunia akan masalah Palestina di tengah konflik Timur Tengah yang terus menderu.

"Di Timur tengah semakin banyak konflik, perhatian tercurahkan ke Suriah, Irak, Yaman, Daesh [ISIS], dan isu Palestina semakin bergeser. Kami berharap Palestina kembali menjadi perhatian dunia," ucap Hasan.

KTT Luar Biasa OKI di Jakarta akan menghasilkan dua dokumen soal Palestina, yaitu resolusi dan deklarasi. Dokumen resolusi akan berisi konfirmasi kembali negara-negara OKI dengan fokus Palestina dan Yerusalem, yang menjadi lokasi Masjid al-Aqsa.
Sementara dokumen deklarasi akan akan lebih padat dan singkat, berisi langkah konkret ke depan untuk menindaklanjuti hal-hal yang disepakati negara-negara OKI terkait Palestina dan Yerusalem.

Hasan mengungkapkan Indonesia telah merancang cetak biru deklarasi yang telah diserahkan ke para delegasi OKI. Rancangan deklarasi dan resolusi nantinya akan dibahas di pertemuan pejabat tinggi dan menteri luar negeri negara anggota OKI pada Minggu, 6 Maret 2016 untuk kemudian disahkan dalam pertemuan pemimpin negara pada Senin, 7 Maret 2016.

"Pertemuan ini bukan event tapi sebuah proses. Ini adalah milestone, semoga melalui KTT ini, kuartet bisa didorong untuk bisa memulai kembali proses perdamaian Palestina," jelas Hasan.

Turut hadir dalam KTT Luar Biasa OKI kali ini adalah negara kuartet, sebutan untuk empat pihak mediator perundingan damai Palestina dan Israel, yaitu Amerika Serikat, Rusia, PBB dan Uni Eropa. Keempat anggota kuartet telah memastikan akan mengirim delegasi ke KTT Luar Biasa OKI.

Sejauh ini sudah 47 dari 56 negara anggota OKI yang mengonfirmasi hadir pada KTT, terdiri dari kepala negara, kepala pemerintahan, pangeran, dan menteri. (ama)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER