Jakarta, CNN Indonesia -- Salah satu harian terbesar Turki,
Zaman, akan melanjutkan penerbitan sebagai media oposisi Turki di Jerman, menyusul pengambil alihan media ini oleh pemerintah Turki.
Zaman diambil alih oleh pemerintah Turki akhir pekan dalam upaya menindak keras pada pendukung ulama Fethullah Gulen, tokoh yang menjadi musuh besar Presiden Tayyip Erdogan. Pengadilan Turki menyatakan bahwa pengelola
Zaman,
Today’s Zaman (berbahasa Inggris) dan kantor berita Cihan, berkaitan dengan Gulen yang saat ini berada di Amerika Serikat.
"Sampai hari ini kita mencetak versi
Zaman yang tidak ada hubungannya dengan
Zaman (di Turki) yang telah secara paksa diambil alih oleh negara," kata Pemimpin Redaksi
Zaman Almanya (
Zaman edisi Jerman), Sueleyman Bag.
Harian
Zaman Almanya edisi Senin (7/3) menampilkan halaman depan berwarna hitam dengan judul: 'Konstitusi dihapuskan'.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tampilan ini sungguh berbeda dengan tampilan harian
Zaman yang diterbitkan di Turki pada Minggu (6/3). Dalam edisi itu, tak satupun artikel
Zaman mengkritik pemerintah dan hanya menuliskan laporan yang baik soal Erdogan.
"Kami akan mencetak surat kabar independen. Kami masih belum tahu bagaimana kami melakukannya. Ini adalah tantangan baru bagi kami," kata Bag menambahkan.
Edisi cetak
Zaman Almanya saat ini memiliki 14.300 pelanggan di Jerman. Hal ini tidak terlepas dari populasi warga asal Turki di Jerman yang mencapai tiga juta orang.
Sementara, berita utama untuk edisi daring media ini menampilkan gambar seorang wanita berjilbab yang tengah menempatkan tangannya di wajahnya yang berdarah di luar kantor surat kabar itu, menyusul bentrokan antara petugas keamanan Turki dan para pengunjuk rasa pada Jumat. Polisi bahkan harus menggunakan meriam air dan gas air mata untuk membubarkan massa.
Sejumlah kelompok HAM dan pejabat Eropa mengkritik langkah pemerintah Turki untuk mengambil alih
Zaman dan menilainya sebagai pelanggaran kebebasan pers di Turki, negara yang tengah mencalonkan diri sebagai anggota Uni Eropa.
Ankara menolak tuduhan tersebut, dan menyatakan bahwa proses hukum sedang berlangsung untuk menyelidiki pembiayaan terlarang dari "kelompok teror Gulenist."
Sejumlah politisi Jerman bergabung untuk meluncurkan kritik terkait langkah Turki tersebut.
"Dia yang ingin bergabung dengan Uni Eropa harus mendukung kebebasan berekspresi, kebebasan pers dan harus mentolerir kritik," kata Kepala Partai Hijau Jerman, Cem Özdemir, yang merupakan warga Jerman kelahiran Turki.
Namun, Uni Eropa juga perlu menjalin kerja sama dengan Turki untuk membantu mengatasi krisis imigran di benua Biru itu. Para imigran yang melarikan diri dari negara-negara berkonflik umumnya memasuki Eropa melalui Turki.
Uni Eropa dan para pemimpin Turki juga akan mengadakan pertemuan darurat tekait masalah ini pada Senin.
(ama)