Jakarta, CNN Indonesia -- Pemerintah Pakistan menahan lebih dari 5.000 tersangka militan dalam dua hari terakhir sejak serangan bom bunuh diri meletus di sebuah taman yang tengah dipadati warga yang merayakan Paskah di Lahore, menewaskan sedikitnya 70 orang.
Rana Sanaullah, menteri negara untuk provinsi Punjab dari partai berkuasa, memaparkan operasi penangkapan tersangka militan dilakukan oleh tim gabungan yang terdiri dari petugas kepolisian, petugas kontraterorisme dan agen intelijen. Sanaullah menyatakan, "5.221 orang ditangkap, lalu 5.005 dibebaskan setelah memverifikasi identitas mereka sementara 216 orang akan diinvestigasi lebih lanjut."
Sanaullah menegaskan bahwa tentara dan pasukan paramiliter akan diikutsertakan dalam operasi penangkapan selanjutnya. "Operasi ini akan mencakup semua lembaga penegak hukum," kata Sanaullah pada Selasa (29/3), dikutip dari
Reuters.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut keterangan Sanaullah, para penyidik kemudian membebaskan seluruh tahanan kecuali 216 tersangka militan yang akan diperiksa lebih lanjut.
"Setelah penyelidikan lebih lanjut kami akan tahu lebih banyak tentang mereka. Jika seseorang ternyata bersalah, mereka akan didakwa," ujarnya Sanaullah.
Operasi ini ditujukan untuk menahan siapa pun yang dicurigai terkait dengan ekstremisme, menyusul ancaman baru dari sempalan Taliban, Jamaatul Ahrar, yang mengklaim bertanggung jawab atas serangan itu. Ancaman kali ini juga menargetkan media Pakistan.
"Semua orang akan mendapatkan giliran dalam perang ini, terutama budak media Pakistan," kata Ehsanullah Ehsan, juru bicara Jamaatul Ahrar dalam kicauannya di media sosial Twitter, dikutip dari
Channel NewsAsia.
"Kami hanya menunggu waktu yang tepat," kicau Ehsan.
Serangan bom bunuh diri di Lahore saat Paskah pada Ahad (27/3) malam menjadi serangan paling mematikan di Pakistan sejak aksi pembantaian oleh Taliban di sekolah militer di Peshawar yang menewaskan 134 siswa pada 2014 lalu.
Serangan di Lahore mengakibatkan 70 orang tewas, 29 di antaranya adalah anak-anak. Aksi ini menunjukkan bahwa kelompok militan masih dapat meluncurkan serangan meskipun markas mereka di sebelah barat laut Pakistan terus digempur militer.
"Biarkan Nawaz Sharif tahu bahwa perang ini sekarang telah sampai ke ambang rumahnya. Para pemenang dari perang ini akan, Insya Allah, menjadi mujahidin yang benar," kicau Ehsan.
Lahore merupakan ibu kota Provinsi Punjab, wilayah terkaya dan paling padat penduduknya di Pakistan. Wilayah ini juga menjadi pusat politik Sharif.
Para pejabat militer dan pemerintah pada Senin (28/3) menyatakan bahwa militer tengah mempersiapkan untuk meluncurkan operasi kontraterorisme yang keras, menggunakan pasukan paramiliter di Punjab.
Langkah tersebut, yang belum secara resmi diumumkan, menjadikan pemerintah sipil sekali lagi memberikan kekuasaan khusus kepada militer untuk memerangi militan Islam.
Kelompok militan Jamaatul Ahrar, yang merupakan sempalan dari Taliban, sebelumnya sempat berbaiat setia kepada ISIS. Kelompok ini telah melakukan lima serangan besar di Pakistan sejak Desember.
Dalam pidato televisi untuk bangsa pada Senin malam, Sharif bersumpah untuk terus mengejar militan.
"Saya di sini untuk memperbaharui janji bahwa kami memperhitungkan setiap tetes darah para martir kami. Operasi ini tengah dilakukan dan kami tidak akan berhenti, " ujar Sharif.
Pemerintah juga mengumumkan bahwa Sharif akan membatalkan rencana perjalanan ke Amerika Serikat untuk menghadiri pertemuan Keamanan Nuklir yang akan dimulai pada Kamis (31/3).
Sejumlah badan keamanan Pakistan telah lama dituduh bekerja sama dengan sejumlah kelompok militan Islam untuk membantu mencapai tujuan mereka di Afghanistan dan melawan India, rival lama Pakistan.
Dalam beberapa tahun terakhir, Pakistan didera sejumlah serangan militan yang menargetkan warga sipil dan lembaga negara. Kelompok Taliban Pakistan kerap meluncurkan serangan dalam upaya menggulingkan pemerintah dan mendirikan negara dengan hukum Islam yang ketat.
(ama/stu)