Jakarta, CNN Indonesia -- Boeing Co berencana memangkas 8.000 tenaga kerja tahun ini di divisi komersial pesawat. Dua sumber yang dikutip
Reuters menyebutkan, langkah ini diperlukan untuk menghemat hingga US$1 miliar demi berkompetisi dengan Airbus.
Boeing pada Rabu (31/3) mengakui adanya rencana memberhentikan sekitar 4.000 pegawai di divisi pesawat komersial pada pertengahan tahun, dan sekitar 550 karyawan lainnya di unit pengujian lab dan penerbangan.
Namun sumber
Reuters mengatakan, Boeing berencana memangkas tenaga kerja hingga 10 persen dari 80 ribu karyawan di unit pesawat komersial.
Boeing mengatakan, angka 8.000 itu cuma dugaan dan mereka mengaku tidak memiliki target khusus untuk pemotongan karyawan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tidak ada target pengurangan karyawan. Semakin kita dapat mengendalikan biaya kesuluruhan, semakin kurangnya dampak ke pekerja," kata juru bicara Boeing, Doug Alder.
Boeing beralasan, pemotongan jumlah karyawan adalah bagian dari upaya penghematan biaya dan demi menjaga tingkat kompetisi produsen pesawat yang berbasis di Chicago itu.
Rabu kemarin, saham Boeing mengalami penurunan terbesar di antara 30 perusahaan industri atau Dow Jones Industrial Average, anjlok 1,88 persen menjadi US$128.58.
Boeing memang tengah menikmati puncak produksi di masa damai dalam sejarah 100 tahun perusahaan itu. Namun jumlah pekerja Boeing lebih sedikit ketimbang di masa lalu, dan perusahaan ini berupaya berhemat untuk bersaing dengan Airbus.
Penghematan dibutuhkan untuk "memenangkan pasar, mendanai pertumbuhan dan beroperasi sebagai bisnis yang sehat," kata Ray Conner, kepala operasi bisnis Boeing, kepada karyawan bulan lalu.
Boeing memang telah mengantongi 70 pesanan pesawat baru pada Februari, dibanding Airbus yang hanya 18 pesanan di bulan yang sama. Namun jumlah pesanan Boeing itu termasuk penjualan 737s dengan potongan harga kepada maskapai United Airlines.
Para investor mengatakan, pemotongan karyawan merupakan respons dari siklus bisnis yang melambat dan kompetisi yang ketat dari Airbus, bukan bagian dari penyesuaian jumlah pekerja dengan hasil yang diinginkan.
"Rencana ini terdengar reaktif, bukan proaktif," kata seorang manajer pendanaan yang memiliki saham besar di Boeing.
Conner mengakui bahwa Boeing tengah bersaing ketat dengan Airbus, terutama dari sisi harga. "Senjata terbesar yang mereka gunakan saat ini adalah harga," kata Conner.
Januari lalu Airbus mengklaim menguasai 57 persen pasar pesanan pesawat. Sebanyak 1.036 pesawat pada tahun 2015 membuat Airbus membukukan keuntungan lebih dari US$1 triliun.
Armada A320neo yang hemat bahan bakar membuat Airbus dominan di pasar pesawat kecil jarak-pendek.
Pengamat sempat memperkirakan pesanan pesawat Boeing akan meningkat pada tahun ini. Tapi Januari lalu, Boeing menunjukkan gelagat pengurangan pesanan hingga 20 pesawat dibanding tahun lalu akibat perubahaan internal di sisi produksi.
(den)