Jakarta, CNN Indonesia -- Korea Utara dilaporkan telah mengerahkan satu atau dua rudal balistik jarak menengah di pantai timur, diperkirakan akan diluncurkan pada akhir pekan ini bertepatan dengan hari kelahiran Kim Il-Sung, pendiri negara tersebut.
Dilansir dari kantor berita
Yonhap yang mengutip sejumlah sumber dari pemerintahan Korsel, peluncur rudal terlihat membawa dua rudal Musudan.
Rudal Musudan, dirancang dapat menempuh jarak lebih dari 3.000 kilometer, tidak diketahui apakah pernah diuji coba sebelumnya, menurut keterangan kementerian dan para pakar Korsel.
Para pakar Korsel menyatakan Korut bisa saja meluncurkan rudal itu untuk unjuk kekuatan pada Jumat (15/4), bertepatan dengan hari kelahiran Kim Il Sung, yang merupakan kakek dari pemimpin Korut saat ini, Kim Jong-Un.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pakar Korsel juga menduga Korut akan unjuk kekuatan menjelang kongres partai berkuasa yang akan digelar pada Mei mendatang.
Beberapa pakar memperkirakan Korut akan menguji coba rudal Musudan dalam waktu dekat. Mereka memperkirakan Korut tengah mendesain rudal balistik antarbenua yang dirancang untuk menghancurkan Amerika Serikat.
Intelijen AS yakin kemampuan nuklir Korut sangat rendah, tetapi semakin lama kemampuan rudal Korut dilaporkan meningkat, membuat investasi pertahanan rudal berkelanjutan sangat penting.
Juru bicara Kementerian Pertahanan Korsel, Moon Sang Gyun, enggan mengkonfirmasi laporan Yonhap, namun menyatakan militer Korsel sudah dalam kondisi siaga penuh terhadap setiap peluncuran rudal Korut, utamanya setelah Kim Jong Un bersumpah akan terus meluncurkan uji coba.
Kim menyatakan pada Maret lalu akan segera menguji hulu ledak nuklir dan rudal balistik yang mampu membawa hulu ledak nuklir.
Korut, yang terus-menurus mengancam akan menghancurkan Korsel dan AS, kerap kali menembakkan rudal jarak pendek ketika ketegangan dengan Korsel meningkat, atau tengah berada di bawah tekanan untuk membatasi program persenjataannya.
Persiapan rudal Korut ini menyusul serangkaian aksi provokatif Korut selama beberapa bulan terakhir, seperti menguji coba bom nuklir pada Januari lalu dan roket jarak jauh yang diklaim pembawa satelit pada bulan berikutnya. Aksi ini memicu sanksi baru terhadap Korut yang lebih keras dan luas dari PBB.
Hingga saat ini, secara teknis Korsel dan Korut masih berperang karena Perang Korea periode 1950-1953 berakhir dengan gencatan senjata, bukan dengan perjanjian damai.
Pada Selasa (12/4), Korut menuduh Korsel menculik warganya di China, hanya empat hari setelah Korsel menyatakan bahwa terdapat 13 pekerja restoran Korut membelot ke Korsel.
(ama)