Abu Sayyaf Eksekusi Mati Tawanan Asal Kanada

Lesthia Kertopati | CNN Indonesia
Selasa, 26 Apr 2016 02:03 WIB
Tawanan asal Kanada John Ridsdel dikabarkan telah dieksekusi mati oleh kelompok militan Abu Sayyaf di Filipina.
Pihak militer Filipina menambah kekuatan pasukan untuk bebaskan sandera Abu Sayyaf. (REUTERS/Romeo Ranoco)
Jakarta, CNN Indonesia -- Pemerintah Kanada mengonfirmasi bahwa salah satu warga negara mereka yang ditawan kelompok militan Abu Sayyaf di Filipina, telah dieksekusi. Tawanan bernama John Ridsdel tersebut ditemukan dengan kepala terpenggal.

Melansir Reuters pada Selasa dini hari (26/4), Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau akan segera memberikan pernyataan resmi terkait hal tersebut, di waktu reses sidang kabinet yang tengah digelar di Alberta.

Militer Filipina mengatakan mereka menemukan kepala terpenggal di pulau terpencil pada Senin (25/4), lima jam setelah tenggat waktu tebusan yang diminta militan Abu Sayyaf, habis.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Militan Abu Sayyaf meminta tebusan sebesar 300 juta peso atau US$6,4 juta, paling lambat Senin (25/4) pukul 15.00 waktu setempat. Jika tebusan tidak dipenuhi, salah satu dari keempat sandera akan dipenggal.

Sebelumnya, tebusan yang diminta militan Abu Sayyaf untuk masing-masing sandera adalah satu miliar peso. Keempat korban tersebut disandera di sebuah resor mewah di Pulau Samal pada 21 September 2015 lalu.

Adapun keempat sandera tersebut terdiri dari dua orang asal Kanada, termasuk Ridsdel, seorang warga negara Norwegia dan seorang wanita Filipina. Keempatnya ditampilkan dalam sebuh video yang kemudian dikirimkan pada pihak keluarga dan pemerintah negara asal mereka, untuk meminta tebusan, yang menjamin keselamatan mereka.

Juru bicara militer Filipina mengatakan dua orang yang mengendarai motor terlihat menjatuhkan kantung plastik berisi kepala tersebut.

Abu Sayyaf merupakan kelompok militan yang terkenal brutal. Mereka kerap menculik dan memenggal tawanan selain melakukan pemerasan dan aksi peledakan di kawasan selatan Filipina.

November lalu, Abu Sayyaf memenggal sandera asal Malaysia di hari yang sama saat Perdana Menteri Malaysia tiba di Manila untuk pertemuan internasional. Presiden Filipina Benigno Aquino telah memerintahkan pihak militer untuk meningkatkan serangan terhadap kaum militan tersebut.

Keamanan memang tengah menjadi permasalahan pelik di selatan Filipina kendati sebelumnya telah terjadi perjanjian perdamaian antara pemerintah dan pihak militan Islam terbesar di Filipina itu. Perjanjian perdamaian itu seharusnya bisa menghentikan konflik yang terjadi selama 45 tahun terakhir.

Selain empat sandera yang disebutkan sebelumnya, Abu Sayyaf juga menahan beberapa sandera asing lainnya termasuk seorang warga negara Belanda, satu orang warga Jepang, empat warga Malaysia dan 14 tawanan dari Indonesia. (les)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER