Jakarta, CNN Indonesia -- Kepala badan intelijen luar negeri Jerman, Gerhard Schindler, akan diberhentikan dari jabatannya dua tahun lebih awal dari usia pensiunnya, menurut keterangan sumber pemerintah Jerman kepada Reuters. Jika benar, maka pemberhentian Schindler mengejutkan, karena Jerman tengah menerima ancaman dari kelompok militan ISIS.
Tidak jelas alasan pemberhentian Schindler, 63, yang telah memimpin lembaga intelijen yang setara dengan CIA AS ini sejak 2012 lalu.
Namun, sejak tahun lalu, Schindler berada di bawah tekanan ketika BND dinilai merugikan kepentingan Jerman dan memata-matai sejumlah badan intelijen negara Eropa lainnya atas permintaan Badan Keamanan Nasional AS, NSA.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Terkait hal ini, Schindler berjanji akan memperbaiki kendali manajemen sejumlah cabang BND yang menurutnya telah menyimpang.
Aktivitas intelijen merupakan isu sensitif di Jerman lantaran negara ini memiliki polisi rahasia Stasi di Jerman Timur yang komunis dan Gestapo di era Nazi, yang keduanya melakukan aktivitas intelijen secara luas.
Baik pemerintah Jerman maupun BND tidak bersedia untuk mengomentari informasi yang didapat dari sumber anonim di pemerintahan. Namun, kepala staf Kanselir Angela Merkel, Peter Altmaier berjanji akan menggelar konferensi pers meski tidak menyebutkan rinciannya.
Sumber Reuters mengungkapkan bahwa Schindler akan digantikan oleh Bruno Kahl, pejabat kementerian keuangan yang merupakan sekutu dekat Menteri Keuangan, Wolfgang Schaeuble.
Berbagai laporan di media Jerman menyatakan bahwa para pejabat pemerintah meragukan Schindler bisa membuat perubahan di tubuh BND, sehingga Berlin menilai dia seharusnya diberhentikan dua tahun lebih awal dari yang seharusnya.
Tahun lalu, laporan soal BND membantu NSA memata-matai para pejabat Eropa sempat merenggangkan hubungan Jerman-AS, dan membuat pejabat pemerintahan Merkel silang pendapat.
Hal ini utamanya terjadi setelah Edward Snowden membocorkan informasi bahwa terdapat aktivitas spionase yang luas yang dilakukan NSA di Jerman, termasuk menyadap ponsel Merkel. Laporan ini tentu saja menyebabkan kemarahan publik.
Hingga saat ini Jerman tidak mengalami serangan apapun dari kelompok ISIS. Namun, ratusan warga Jerman dilakukan sudah berangkat ke Suriah dan dikhawatirkan akan kembali ke dalam negeri dan bergabung dengan sel militan yang meluncurkan serangan di Paris dan Brussels.
Tahun lalu, pemerintah Merkel setuju untuk memasok senjata dan memberikan dukungan logistik kepada pasukan lokal yang juga memerangi ISIS di Suriah dan Irak. Namun, langkah ini menjadikan Jerman sebagai target utama dari ISIS.
Bulan lalu, ISIS mengunggah foto dan menyerukan kepada para Muslim Jerman untuk meluncurkan serangan di Jerman dengan gaya serupa seperti serangan Brussels. ISIS juga menyerukan serangan ke kantor Merkel serta bandara Cologne-Bonn.
Salah satu foto yang diunggah ISIS memperlihatkan seorang militan yang tengah berdiri memandang gedung bandara Cologne-Bonn, dengan keterangan foto, "Apa yang mampu dilakukan saudara kami di Brussels juga dapat Anda lakukan."
Foto lain menunjukkan bangunan kanselir Jerman di Berlin terbakar dengan seorang militan ISIS terlihat berdiri di atas tank, dengan keterangan foto, "Jerman adalah medan perang."
(ama/den)