Jakarta, CNN Indonesia -- Kenneth Bae mengaku trauma luar biasa setelah menghabiskan hampir dua tahun kerja paksa dalam tahanan Korea Utara. Bae, seorang warga Amerika Serikat, dituding melakukan kejahatan oleh pengadilan Korut karena membawa materi keagamaan dan divonis 15 tahun kerja paksa.
Untuk pertama kalinya muncul di media sejak divonis tahun 2013, kepada
CNN Bae mengisahkan kehidupannya di penjara Korut. Dia harus mengangkut batu dan menyekop batu bara dari pagi hingga malam menjelang. Pria 47 tahun ini mengira dia akan menghabiskan sisa hidupnya di penjara Korut.
"Seakan tidak nyata saya ada di sini, duduk di studio bersama anda, 735 hari di Korut sangat lama. Tapi saya bersyukur," kata Bae saat ditemui reporter CNN, Chris Coumo, Senin pekan ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bae adalah warga AS terlama yang pernah berada di penjara Korut sejak Perang Korea. Tahun 2013, dia dipenjara atas tuduhan "tindak permusuhan" terhadap rezim Kim Jong Un.
Bae adalah warga AS kelahiran Korea Selatan yang pindah ke China tahun 2015 dan membuka biro perjalanan wisata ke Korut. Dalam kunjungannya ke negara itu pada November 2012, Bae ditahan setelah ditemukan
hard drive berisi materi keagamaan yang dianggap anti-Pyongyang.
Korut sebagai negara komunis yang ateis menuding Bae menyebarkan ajaran Kristen yang bertujuan untuk menggulingkan rezim. Dia akhirnya divonis kerja paksa selama 15 tahun.
"Saya kerja dari pukul 8 pagi hingga 6 sore. Pada malam hari, saya bekerja di ladang, membawa batu, menyekop batu bara," kata Bae.
Seakan siksaan fisik tidak cukup, Bae juga mengalami tekanan mental dari para sipir dan pejabat Korut. Satu kali, moralnya ambruk saat jaksa mengatakan bahwa dia telah dilupakan.
"Tidak ada yang mengingatmu. Kamu telah dilupakan oleh masyarakatmu, pemerintahmu. Kamu tidak akan cepat pulang. Kamu akan di sini selama 15 tahun. Kamu akan berusia 60 sebelum pulang," kata Bae menirukan perkataan jaksa itu.
Dua bulan sebelum pembebasannya pada November 2014, Bae bersama tiga tahanan AS lainnya, Matthew Todd Miller dan Jeffrey Edward Fowle, sempat diwawancara CNN. Saat itu, dia mengatakan kesehatannya menurun dan bolak-balik masuk rumah sakit.
"Tangan saya kaku dan bergetar, sulit tidur di malam hari. Saya bekerja di ladang setiap hari," kata Bae kala itu.
Bae dibebaskan bersama dengan Miller atas mediasi Kementerian Luar Negeri AS. Sementara Fowle dibebaskan pada Oktober 2014.
Dia mengatakan, keyakinannya dan keimanannya telah membuatnya kuat bertahan menjalani hukuman sembari tidak putus asa akan segera dibebaskan.
"Seiring waktu berjalan, saya mulai menyesuaikan diri dengan penjara Korea Utara, dengan bergantung pada Tuhan. saya yakin pemerintah AS akan melakukan apa pun untuk membawa saya pulang," ujar Bae.
Usai pembebasannya, Bae berterima kasih kepada pemerintah AS dan Korea Utara. Dia tidak pernah berbicara ke publik hingga Maret tahun ini.
Bae menerbitkan buku pengalamannya di penjara Korut berjudul "Not Forgotten" pada Selasa pekan ini.
Saat ini ada seorang warga AS lainnya yang divonis kerja paksa selama 10 tahun di Korut. Kim Dong Chul ditahan oleh Korut pada Oktober tahun lalu. Akhir Maret lalu, Kim mengakui bahwa dia dalam misi spionase atas perintah Korea Selatan.
(den)