Jakarta, CNN Indonesia -- Kandidat calon presiden Amerika Serikat, Donald Trump mengaku terbuka atas kemungkinan menaikkan pajak untuk warga kaya jika terpilih menjadi presiden dalam pemilihan umum November mendatang. Pernyataan Trump ini bertentangan dengan proposalnya sebelumnya untuk mengurangi pajak bagi seluruh warga Amerika.
"Saya bersedia membayar lebih, dan Anda tahu, orang kaya bersedia membayar lebih," kata Trump dalam program 'This Week' stasiun televisi
ABC, dikutip dari
Reuters, Minggu (8/5).
Trump kini menjadi satu-satunya kandidat capres dari Republik, setelah sejumlah rivalnya, John Kasich, Ted Cruz dan Jeb Bush memutuskan mundur dari bursa capres.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Trump tengah berusaha menggalang dukungan dan suara bulat dari dalam partainya, dan lebih banyak tampil dalam wawancara untuk memperkenalkan kebijakan yang akan diusungnya.
Taipan real-estate ini mengaku akan berupaya meningkatkan upah minimum, meskipun dalam 'Meet the Press' stasiun TV
NBC pada Minggu, Trump menyatakan dia akan memberikan kewenangan kepada pemerintah negara bagian untuk menyelesaikan hal itu, dan bukan melalui pemerintahan federal.
"Saya tidak tahu bagaimana orang bertahan dengan upah US$7,25 per jam," kata Trump terkait upah minimum federal AS saat ini.
"Saya ingin melihat peningkatan besaran [upah]. Tapi saya lebih suka memberikan kewenangan kepada negara bagian. Biarkan negara yang memutuskan," ujar Trump.
Pernyataan Trump terkait peningkatan pajak untuk warga kaya bertentangan dengan kebijakan inti partainya yang diterapkan sejak dekade 1990-an. Selama hampir tiga dekade terakhir, seluruh kandidat capres dari Republik sebelumnya selalu kukuh menentang kenaikan pajak.
Isu kenaikan pajak selalu ditentang politisi Republik sejak mantan presiden George H.W. Bush membuat geram pejabat partai karena tak menepati janji untuk tidak menaikkan pajak dan menyetujui peningkatan kesepakatan anggaran pada 1990.
Sebaliknya, isu kenaikan pajak untuk warga kaya selalu menjadi salah satu poin yang diusung dalam kampanye kandidat capres dari Demokrat, Hillary Clinton.
Keterbukaan Trump terhadap kemungkinan kenaikan pajak bagi warga kaya juga bertentangan dengan proposal pajak yang diajukannya pada September lalu. Proposal itu mengetengahkan keringanan pajak yang luas di sektor bisnis dan rumah tangga.
Dalam proposalnya, Trump mengusulkan mengurangi tingkat pajak penghasilan tertinggi menjadi 25 persen, dari 39,6 persen saat ini.
Terkait perbedaan ini, Trump menyatakan bahwa proposalnya merupakan pendapatnya pribadi dan mungkin saja akan berubah ketika dia bernegosiasi dengan Kongres. "Pada saat hal ini dinegosiasikan, hal ini akan menjadi rencana yang berbeda," kata Trump kepada
ABC.
Dalam wawancara terpisah dengan
ABC dan
NBC, Trump menekankan bahwa prioritasnya kini adalah menurunkan pajak untuk kelas menengah dan bisnis.
"Kelas menengah harus dilindungi. Orang kaya mungkin akan membayar lebih," kata Trump.
Pernyataan Trump ini ditanggapi dingin oleh tim kampanye Clinton yang menilai Trump tengah berusaha menggaet dukungan bulat dalam partainya.
"Jangan percaya satu detik pun terhadap upaya Donald Trump yang berpura-pura dalam pemilihan umum ini," kata Christina Reynolds, juru bicara kampanye Clinton dalam pernyataannya.
"Rencana ekonomi Trump akan berpengaruh langsung kepada kaum pekerja di Amerika. Rencananya adalah untuk memotong pajak hingga triliunan dolar bagi warga kaya, dan akan langsung berdampak kepada kelas menengah dan keluarga mereka," ujarnya.
Dukungan Partai Republik hingga kini terbagi atas pencalonan Trump, meskipun Trump berjanji untuk menyatukan partai menjelang konvensi pada Juli mendatang.
Sejumlah pejabat Republik terkemuka, seperti Ketua DPR AS, Paul Ryan, hingga kini enggan mendukung Trump, terutama karena Trump meluncurkan komentar kontroversial soal imigran Meksiko dan umat Muslim.
(ama)