Jakarta, CNN Indonesia -- Kandidat Presiden Amerika Serikat dari Partai Republik, Donald Trump, mengecam penembakan massal di sebuah kelab malam gay di Orlando yang menewaskan 50 orang. Trump menyalahkan serangan ini kepada Muslim radikal, yang menurutnya menjejakkan kaki di AS bersama gelombang pengungsi dan "mencoba merenggut anak-anak kami."
Trump menggunakan momen penembakan di Orlando untuk menegaskan kembali seruannya melarang umat Muslim memasuki AS. Trump bahkan mengusulkan agar AS menangguhkan imigrasi dari sejumlah negara di dunia yang "terbukti memiliki sejarah terorisme."
Dalam pidatonya soal keamanan nasional sehari setelah serangan penembakan, Trump menyatakan sudah waktunya untuk "menyatakan kebenaran soal Islam radikal."
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jika kita ingin melindungi kualitas hidup semua warga Amerika, wanita dan anak-anak, gay maupun tidak, Yahudi dan Kristen dan semua orang, maka kita perlu menyatakan kebenaran tentang Islam radikal, dan kita perlu melakukannya mulai sekarang," kata Trump di hadapan para pendukungnya di New Hampshire, Senin (13/6), dikutip dari
Reuters.
Komentar Trump yang mengecam imigran Muslim berbeda dengan rival terberatnya dari Partai Demokrat, Hillary Clinton, yang menyerukan peningkatan pengumpulan informasi intelijen dan serangan udara di wilayah yang dikuasai ISIS. Clinton memperingatkan agar warga AS tak serta merta menyalahkan warga Muslim AS.
Dalam pidatonya, Trump menyinggung kebijakan imigrasi Clinton yang menurutnya akan mengizinkan "ratusan ribu pengungsi dari Timur Tengah" memasuki AS tanpa langkah keamanan yang memadai.
"Tidak akan ada sistem untuk mencegah mereka atau mencegah radikalisasi anak-anak mereka. Tak hanya anak mereka, tetapi mereka juga akan merenggut anak-anak kita, meyakinkan kita betapa indahnya ISIS dan betapa indahnya Islam, dan kita tidak tahu apa yang terjadi," kata Trump.
Trump berjanji, jika terpilih, ia akan menggunakan otoritas eksekutif kepresidenan untuk menerapkan kendali kuat imigrasi untuk melindungi Amerika dari serangan. Janji ini merupakan lanjutan dari seruannya melarang umat Muslim memasuki AS dengan dalih untuk menunjang keamanan nasional.
"Ketika saya terpilih, saya akan menangguhkan imigrasi dari daerah-daerah di dunia yang memiliki sejarah terorisme terhadap Amerika Serikat, Eropa atau sekutu kami, sampai kami sepenuhnya memahami bagaimana mengakhiri ancaman ini," katanya.
Trump juga menyinggung orang tua Omar Mateen, sang pelaku penembakan, lahir di Afghanistan. Merujuk pada serangan 9/11, Trump mengatakan serangan teroris kerap kali diluncurkan oleh warga keturunan Pakistan, Arab Saudi dan Somalia.
Trump menyatakan larangan imigrasi yang akan diterapkannya, jika terpilih sebagai presiden, akan berlangsung hingga "kita dapat mengecek orang-orang yang memasuki negara kita. Mereka berbondong-bondong masuk, dan kita tidak tahu apa yang mereka lakukan."
Trump terkenal dengan sejumlah pernyataan kontroversialnya, terutama soal imigran Muslim dan Meksiko. Para pemerhati HAM dan rival politik Trump menilai taipan
real-estate ini telah menyebarkan rasisme. Trump membantah tuduhan ini dan menyatakan dia sering tidak dimengerti oleh media dan para rivalnya.
Mateen, 29, merupakan pria kelahiran New York keturunan Afghanistan yang tinggal di Florida. Ia dikenal sebagai sosok yang pendiam, namun dalam beberapa tahun terakhir kerap melakukan tindak kekerasan.
Mantan istrinya, Sitora Yusufy, mengatakan Mateen mengidap bipolar, dan terganggu secara emosional karena sering menumpahkan kemarahan lewat kekerasan. Selama menikah, ia mengaku sering dipukuli karena hal-hal kecil.
Ayah Mateen, Seddique Mateen, dikenal sangat vokal mengomentari politik kampung halamannya, Afghanistan, dan pernah menyatakan dukungan terhadap Taliban. Namun dalam sebuah wawancara, Seddique mengatakan ia tak akan bisa memaafkan perbuatan anaknya.
Mateen diketahui telah berbaiat kepada ISIS. Kelompok militan itu juga mengklaim serangan di Pulse diluncurkan oleh salah satu pejuangnya.
Hingga saat ini, penyelidikan masih dilakukan pihak berwenang dan motif penembakan belum diketahui.
(ama/den)