Jakarta, CNN Indonesia -- Sekelompok pria bersenjata di Nigeria menewaskan seorang sopir lokal dan menculik setidaknya tujuh orang, tiga di antaranya berkewarganegaraan Australia.
Sejauh ini, polisi Nigeria belum memastikan jumlah korban dan kewarganegaraan lain dikarenakan informasi yang masih simpang siur.
Menurut polisi, dua dari para pekerja yang berhasil melarikan diri belakangan merupakan kontraktor perusahaan semen Lafarge Africa. Mereka diserang di pinggiran Kota Calabar sekitar pukul 05.30 waktu setempat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Calabar adalah sebuah kota pesisir yang berjarak 570 kilometer di timur Lagos dan ibu kota negara bagian Cross River di kawasan Delta Niger. Di wilayah ini, banyak geng kriminal dan kelompok militan aktif berkeliaran.
Perdana Menteri Australia Malcolm Turnbull pada Kamis (23/6) menyatakan insiden tersebut sebagai "penculikan yang sangat serius.”
Ia meminta media tetap tenang dalam memberitakan insiden tersebut, dan menambahkan bahwa keluarga korban penculikan sudah diberitahu.
"Berikut ini adalah fakta yang kita ketahui: tiga warga negara Australia dan seorang yang tinggal di Australia berada di antara tujuh orang yang diculik dalam sebuah serangan di wilayah operasi sebuah kontraktor Australia di Nigeria," tutur Turnbull kepada wartawan.
Juru bicara kepolisian Cross River, Irene Ugbo, melaporkan dua orang ekspatriat berhasil melarikan diri, namun ia masih belum mengetahui kewarganegaraan korban penculikan lain yang masih disandera. Ia juga menambahkan hanya dua di antaranya berkewarganegaraan Australia dan satu warga negara Selandia Baru, sedang polisi polisi lain mengemukakan seorang warga negara Afrika Selatan turut diculik.
Belum ada keterangan apapun yang berasal dari para penculik, menurut Ugbo.
Penculikan terhadap warga negara asing merupakan hal yang lumrah terjadi di kawasan Delta Niger, yang memiliki cadangan minyak mentah terkaya dengan penjualan mencapai 70 persen pendapatan nasional negara itu.
Nigeria merupakan salah satu anggota OPEC, produsen minyak terbesar di Afrika. Namun rentetan serangan ke fasilitas minyak belakangan ini membuat negara itu berada di bawah Angola.
Produksi minyak jatuh dari 2,2 juta barel pada awal 2016 menjadi 1,6 juta barel pada pertengahan tahun.
(stu)