Sekelompok Orang Hancurkan Masjid di Myanmar

Trifitri Muhammaditta/Reuters | CNN Indonesia
Jumat, 24 Jun 2016 17:27 WIB
Sekelompok pria menghancurkan sebuah masjid di sebuah desa di Myanmar tengah, mencuatkan kembali pertikaian agama di negara itu.
Ilustrasi (Thinkstock)
Jakarta, CNN Indonesia -- Sekelompok pria menghancurkan sebuah masjid di sebuah desa di Myanmar tengah, dan menganiaya setidaknya seorang pria Muslim. Insiden ini kembali mencuatkan pertikaian antar-agama di negara itu.

Warga desa dari Thayethamin, yang berlokasi sekitar dua jam perjalanan ke arah timur laut Yangon, menghancurkan sebuah masjid pada Kamis (23/6) setelah terjadi perselisihan mengenai konstruksi masjid tersebut.

Banyak foto diunggah ke media sosial pada Jumat (24/6) yang menampilkan gambar masjid yang hancur, furnitur yang berceceran di sepanjang jalan, dan sekelompok besar pria berkeliaran, beberapa diantaranya bersenjatakan tongkat. Namun, detail mengenai insiden itu masih simpang siur.
“Situasi sudah terkontrol dengan baik saat ini dan belum ada tindakan apa pun terhadap siapa pun," ujar Kolonel Zaw Khin Aung, juru bicara kepolisian Myanmar yang bermarkas di ibu kota Naypyitaw.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Perselisihan agama di Myanmar sudah berlangsung selama hampir setengah abad sejak pemerintah junta militer berkuasa. Namun konflik semakin memanas pada 2012, hanya satu tahun setelah rezim semi-sipil mengambil alih pemerintah.

Ketika itu, ratusan orang tewas dalam bentrokan antara minoritas Muslim Rohingya dan etnis Buddha di negara bagian Rakhine, berujung pada eksodus warga Rohingya ke berbagai negara ASEAN. Pada 2013, kekerasan terus terjadi di wilayah lain Myanmar.

Kekerasan yang terjadi kembali meningkatkan tensi terkait keberadaan 1,1 juta minoritas Rohingya,yang hidup dalam keadaan seperti politik apartheid di Rakhine sejak 2012.

Persoalan Rohingya telah lama menjadi beban bagi pemimpin politik Myanmar yang juga pemenang Nobel Perdamaian, Aung San Suu Kyi. Ia kerap dikritik karena tak menunjukkan ketegasan menuju solusi bagi masalah Rohingya.
Pada Senin, Suu Kyi mengatakan pada pelapor HAM PBB di Myanmar, Yanghee Lee, bahwa pemerintah Myanmar tidak akan menggunakan istilah 'Rohingya' karena dinilai akan menimbulkan perpecahan.

Kaum Rohingya sendiri yang menyebut diri mereka dengan istilah itu. Banyak dari mereka yang sudah tinggal di Myanmar selama beberapa generasi, namun kebanyakan kaum Buddha yang menyebut mereka dengan sebutan "Bengali”—suatu istilah yang menunjukkan mereka sebagai pendatang ilegal dari Bangladesh.

Suu Kyi mengajak masyarakat Myanmar untuk tidak lagi menggunakan istilah "Rohingya", namun "masyarakat Islam di Rakhine.”

Pada Senin, PBB juga menyerukan Suu Kyi untuk menjadikan penuntasan diskriminasi Rohingya sebagai prioritas nomor satu pemerintah Myanmar. PBB menambahkan bahwa kekerasan dan pelanggaran terhadap kaum Rohingya, termasuk eksekusi dan penyiksaan, dapat dikategorikan sebagai kejahatan terhadap kemanusiaan. (stu)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER