Jakarta, CNN Indonesia -- Para pemimpin Eropa meminta Inggris untuk segera meredam guncangan politik dan ekonomi akibat referendum pekan lalu yang menghasilkan keputusan negara itu hengkang dari Uni Eropa.
Seruan ini disampaikan setelah IMF melaporkan bahwa ada ketidakpastian yang dapat menekan pertumbuhan ekonomi global.
Setelah hasil referendum pada Jumat lalu ini diketahui publik, nilai saham global turun sekitar US$3 triliun. Nilai mata uang pound sterling pun merosot hingga ke titik terendah selama 31 tahun.
Reuters memberitakan bahwa pasar saham dunia dan nilai pound sterling mulai pulih pada Selasa (28/6).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, investor masih menyimpan keraguan meskipun pembuat kebijakan sudah mengatakan bakal mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk melindungi perekonomian mereka.
Setelah bungkam sejak Senin (27/6), Menteri Keuangan Inggris George Osborne pun akhirnya angkat bicara dan mengatakan bahwa pemerintah akan memangkas pengeluaran dan meningkatkan pajak guna menstabilkan perekonomian.
Sementara itu, para pebisnis sudah mengumumkan moratorium penerimaan karyawan baru dan kemungkinan pemecatan.
Tak hanya itu, Inggris juga dihantam dengan pernyataan dari Jerman selaku Ketua Uni Eropa yang mengatakan bahwa London tidak dapat menjadi tuan rumah markas Bursa Efek Eropa karena sudah hengkang dari blok tersebut.
Sementara negara-negara Eropa khawatir akan dampak politik dan ketidakpastian perekonomian, pemerintah Inggris berupaya keras untuk memulai negosiasi dengan Uni Eropa.
Dalam pertemuan dengan para pemimpin UE di Brussels, Perdana Menteri Inggris David Cameron berharap negaranya tetap dapat menjalin hubungan politik dan ekonomi dengan baik dengan blok 28 negara itu.
"Inggris akan meninggalkan UE, tapi kami tidak akan berpaling dari Eropa," ujar Cameron seperti dikutip
Reuters.
Cameron menuturkan bahwa dalam pertemuan itu, semua orang memahami pentingnya keanggotaan Inggris dalam UE dan dampaknya pada perekonomian. Namun, ada kekhawatiran terhadap gerakan rakyat yang mengungkit masalah kedaulatan negara.
"Saya pikir, kami harus memikirkan itu. Eropa harus memikirkan itu," katanya.
Karena gagal mempertahankan keanggotaan Inggris dalam UE, Cameron pun memutuskan untuk turun dari kursi PM Inggris.
Pemimpin gerakan "keluar dari UE" yang mengajukan diri sebagai pengganti Cameron mengatakan bahwa warga harus mengerti Inggris membayar terlalu mahal untuk mendapatkan keuntungan dari keanggotaan mereka di UE.
(ama)