Liberia Ditinggalkan Pasukan PBB setelah 13 Tahun

Reuters | CNN Indonesia
Jumat, 01 Jul 2016 02:21 WIB
Misi perdamaian yang pertama kali diutus membenahi Liberia pada 2003, meninggalkan negara itu dan menyerahkannya pada penguasa lokal.
PBB meninggalkan Liberia, meski Presiden Ellen Johnson Sirleaf menganggap banyak negara Afrika masih butuh bantuan asing. (REUTERS/Eduardo Munoz)
Jakarta, CNN Indonesia -- Misi PBB di Liberia telah tuntas. Reuters memberitakan, misi perdamaian yang dikirim PBB ke kawasan Afrika Barat itu baru saja ditarik pada Kamis (30/6).

Para penjaga kedamaian itu dikirim pertama kali ke Liberia pada 2003 lalu. Tujuannya kala itu mengembalikan pemerintahan setelah dua perang sipil yang terjadi.

Mulanya PBB mengirim seitar 15.000 orang untuk mengembalikan tatanan pemerintahan di salah satu area miskin itu. Sebutannya UNMIL. Beberapa bulan terakhir, mereka ditarik perlahan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jumat (1/7) nanti, hanya akan ada 1.240 militer PBB dan 606 personel kepolisian yang masih ditempatkan di lokasi. Tapi mereka hanya akan bertindak jika ada kondisi darurat.

Itu menandakan Liberia harus memasuki fase baru kehidupan pemerintahan mereka sendiri. Sebelum pasukan PBB ditarik, mereka pun telah menyerahkan kontrol kepada penguasa lokal.

Presiden Ellen Johnson Sirleaf mengatakan, pihaknya sudah melakukan banyak persiapan soal transisi itu. Namun tetap saja, masih banyak yang harus dikerjakan.

Liberia harus memikirkan mulai logistik sampai pertahanan diri. Sumber daya yang terbatas, kata Sirleaf, mempersulit mereka untuk itu. Namun ia berusaha menanganinya.

Selama ini perkembangan Liberia masih lambat. Perpolitikan mereka bahkan tidak bisa berdiri sendiri. Itu disebabkan perang sipil yang berlangsung selama 14 tahun di sana.

Belakangan kondisi Liberia diperburuk epidemi Ebola. Perekonomian mereka pun masih belum mencapai hasil memuaskan. Tahun lalu, pertumbuhan GDP Liberia hanya 0,3 persen.

Keamanan juga menjadi hal yang perlu diperhatikan di sana. Masih banyak serangan terjadi, yang rata-rata diklaim oleh Al-Qaidah di Mali, Burkina Faso, dan Ivory Coast.

Menurut Sirleaf, negara-negara di Afrika Barat sebenarnya masih butuh banyak bantuan dari negara maju, terutama untuk mempertahankan diri melawan terorisme.

“Kekuatan untuk memeranginya sangat terbatas. Tidak diragukan lagi kami membutuhkan bantuan internasional,” ia mengatakan.

Namun perginya bantuan PBB, seperti dinilai Oretha Kieade mahasiswa di Universitas Liberia, adalah “waktunya mengetes jajaran keamanan kita. Performa mereka setelah UNMIL akan membuktikan kepada dunia bahwa Liberia bisa menangani masalahnya sendiri.”

Kieade menegaskan, “Ini waktunya UNMIL untuk pergi.” (rsa)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER