Jakarta, CNN Indonesia -- Penyelidikan terhadap penyerangan di gereja Perancis terus berlangsung dan kini pelaku sudah teridentifikasi bernama Adel Kermiche. Ia ternyata sudah berada dalam radar pengawasan dan sempat dua kali berupaya pergi ke Suriah.
Kermiche bersama pelaku lainnya yang belum teridentifikasi akhirnya ditembak mati oleh polisi saat mereka keluar dari gereja setelah menyandera para jemaat dan menyayat leher seorang pendeta hingga tewas pada Selasa (26/7).
Tak lama setelah insiden ini, kantor berita Amaq yang berafiliasi dengan ISIS mengabarkan bahwa dua "tentara" mereka lah yang melakukan serangan itu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setelah penyelidikan awal, terkuak fakta bahwa Kermiche pernah mencoba pergi ke Suriah pada Maret 2015 dengan menggunakan kartu identitas saudaranya. Namun, upayanya dihentikan di Jerman setelah keluarganya melaporkan bahwa Kermiche hilang.
Ia kemudian melakukan percobaan kedua pada Mei 2015 menggunakan kartu identitas sepupunya. Namun, Kermiche ditahan dan dikembalikan ke Swiss sebelum akhirnya dipulangkan ke Perancis.
Kermiche akhirnya ditahan hingga Maret tahun ini. Saat itu, tuntutan banding dari para jaksa di Paris ditolak sehingga Kermiche dibebaskan.
Namun, ia dipaksa untuk mengenakan gelang elektronik agar polisi dapat melacak keberadaannya. Ruang gerak Kermiche juga dibatasi. Ia hanya dapat keluar rumah selama beberapa jam.
Setelah bebas dari penjara, kerabat Kermiche merasakan hal janggal dalam diri pria berusia 19 tahun itu. Kermiche seolah menutup kuping terhadap semua perkataan rekannya.
"Setiap kali kami mengatakan sesuatu kepadanya, ia akan menjawab dengan penggalan kalimat dari Al-Quran," ucap seorang mantan teman sekolah Kermiche, Redwan, seperti dikutip
Reuters.
Kermiche juga kerap mengatakan bahwa Perancis merupakan negara orang-orang tak percaya dan mereka seharusnya tidak hidup di sana.
"Ia akan berusaha mendoktrin kami, tapi kami tidak peduli dan tidak menganggapnya serius," tutur Redwan.
Seorang tetangga Kermiche juga angkat bicara. Menurutnya, Kermiche merupakan orang yang penyendiri.
"Keluarganya bersih. Mereka sama sekali tidak seperti Kermiche," ujar tetangga yang enggan diungkap identitasnya tersebut.
Seorang mantan teman sekolah Kermiche menuturkan bahwa rekannya sebenarnya adalah remaja yang normal. Perubahan mulai terasa sejak tahun lalu, ketika ia menjadi radikal dan meminta orang untuk memanggilnya Abou Adam.
Hal ini juga dirasakan oleh ibu Kermiche yang pada tahun lalu mengatakan kepada surat kabar Swiss, La Tribune den Geneve, bahwa putranya tertarik dengan serangan di kantor majalah satire Charlie Hebdo.
(stu/stu)