Jakarta, CNN Indonesia -- Pihak berwenang Perancis mengidentifikasi pria kedua yang menjadi pelaku penyerangan di gereja sebagai Abdel-Malik Nabil Petitjean.
Otoritas pada Kamis (28/7) akhirnya menemukan identitas Petitjean, 19, dari St. Dies-des-Voges, melalui tes DNA.
Ia dan Adel Kermiche, 19, tewas oleh polisi pada Selasa lalu setelah melakukan penyanderaan beberapa jemaat gereja di St. Etienne-du-Rouvrat di wilayah Normandy.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bersenjatakan pisau, kedua orang itu menyandera jemaat termasuk pendeta Jacques Hamel dan beberapa biarawati. Hamel tewas digorok lehernya di depan altar gereja.
Seorang sandera lain ditikam di panggul dan tenggorokan namun kini berada dalam kondisi stabil.
Kermiche sendiri diidentifikasi lewat sidik jari setelah serangan tersebut.
Juru bicara jaksa Perancis Francois Molins mengatakan bahwa keberadaan Petitjean sudah diketahui oleh pihak keamanan dan berada di daftar pengawasan orang yang dianggap sebagai ancaman keamanan nasional.
Kermiche juga disebut ditandai sebagai Islamis radikal dan berada dalam tahanan rumah ketika serangan terjadi. Ia dipaksa memakai alat monitor setelah ia berpergian ke luar negeri untuk mencoba bertempur ke Suriah.
Turki mendeportasi Kermiche pada Mei 2015, menurut pejabat senior Turki kepada
CNN.
Ia mencoba masuk ke Istanbul ketika itu, namun dikirim kembali ke Swiss, dan pihak berwenang Perancis telah diperingatkan.
Kermiche bepergian di bawah nama Kevin Kermiche.
“Dari pemeriksaan profil teror di bandara, Kermiche ditolak masuk dan dideportasi ke Jenewa,” kata pejabat Turki tersebut.
Molins mengatakan pada Rabu bahwa Kermiche bepergian ke Turki dengan identitas sepupunyam dan bahwa otoritas Swiss menyerahkannya ke Perancis.
Sehari setelah serangan, ISIS juga merilis video baiat kedua penyerang gereja tersebut lewat kantor beritanya, Amaq.
(stu)