Jakarta, CNN Indonesia -- Museum memorial Holocaust di Amerika Serikat baru-baru ini mengeluarkan pernyataan yang berisikan peringatan terkait pertemuan warga nasionalis kulit putih pada akhir pekan lalu yang berbau aksi "ujaran kebencian." Aksi rasis dilaporkan kian meningkat di penjuru AS sejak Donald Trump memenangi pemilu AS 8 November lalu.
Dalam pernyataan resminya, museum yang berlokasi di Washington DC itu menyerukan seluruh warga AS dan pemimpin masyarakat dan agama untuk melawan segala bentuk pemikiran rasis dan ujaran kebencian yang dapat memecah belah bangsa AS. Perilaku rasis dapat mendorong perilaku supermasi yang dapat berakhir pada aksi pembinasaan.
"Peristiwa pembinasaan suatu bangsa bukan dimulai dengan aksi pembunuhan, aksi pembinasaan justru dimulai dengan kata-kata," ungkap Museum Memorial Holocaust AS.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Reuters melaporkan, Institut Kebijakan Nasional, sebuah lembaga
think-tank, bagian dari gerakan alternatif sayap kanan terdiri dari simpatisan neo-Nazi, supermasi kulit putih, dan anti-Semit, menggelar sebuah pertemuan di gedung Ronald Regan milik pemerintah federal pada akhir pekan lalu.
Pertemuan ini menarik sejumlah protes dari masyarakat. Para pengunjuk rasa memblokir lalu lintas di sekitar gedung sebagai ekspresi kemarahan mereka atas diselenggarakannya pertemuan tersebut.
Sebuah rekaman video yang dibuat oleh the Atlantic menunjukan suasana dari dalam acara pertemuan itu. Rekaman itu menunjukan, pemimpin Institut Kebijakan National, Richard Spencer, menyerukan salam dengan bunyi, "Hidup Trump, hidup rakyat kami, hidup kemenangan!" sambil mengangkat tangan mereka dengan menirukan salam hormat Nazi.
Pertemuan itu beragendakan diskusi mengenai rencana perkembangan kelompok alternatif sayap kanan di Amerika menyusul adanya transisi pemerintahan baru AS. Lembaga nirlaba pemerhati isu ujaran kebencian, Southern Poverty Law Center
, menilai Spencer sebagai seorang "akademisi yang rasis" yang mendukung pembentukan negara bangsa Arya.
Usai menggelar pertemuan, sejumlah peserta pertemuan nasionalis itu berkumpul dalam sebuah perjamuan yang bertempatkan di sebuah restauran khas Italia, Maggiano. Demonstran juga terlihat menggelar aksi mereka disana dengan mengepung sekeliling bangunan restauran tersebut.
Pengunjuk rasa meminta pihak restoran segera menutup tempat makan itu untuk mengamankan para staf dan tamu yang hadir dari kemungkinan bentrokan.
Pihak restauran kemudian mengunggah permintaan maaf di akun Facebook resmi mereka karena sudah menjamu pertemuan terlarang itu dan mengaku tidak tahu jika kelompok tersebut merepresentasikan perilaku supermasi kulit putih dan simpatisan Nazi yang berbau rasisme.
"Setelah acara pertemuan itu, seorang peserta mengirim kicauan di Twitter dengan salam 'Seig Heil salut' untuk mendukung Hitler. Ungkapan ini sangat menyinggung kami karena restoran kami memiliki tamu yang berasal dari berbagai ras, agama, dan budaya yang berbeda," ungkap pihak restauran itu.
Sebagai permintaan maafnya, pihak restauran menyatakan akan menyumbangkan sebagian keuntungan penjualan sebesar US$10.000 kepada lembaga pemerhati hak-hak sipil Yahudi, Washington Anti-Defamation League.
Sementara itu, tim transisi Donald Trump dengan tegas menyatakan bahwa Presiden AS ke-45 itu terus menentang segala aksi rasisme yang dilakukan oleh warga AS dan khususnya oleh para pendukungnya.
"presiden terpilih Trump terus mengecam aksi rasisme apapun. Dia terpilih menjadi presiden dan akan menjadi pemimpin bagi setiap warga AS," tutur juru bicara tim transisi Trump-Mike Pence, Bryan Lanza dalam sebuah pernyataan.
Lambang Nazi memang terlihat bermunculan di berbagai penjuru AS sejak konglomerat asal New York menang dalam pemilu AS. Kemunculan lambang Nazi, yang dianggap sebagai simbol ujaran kebencian ini sempat terlihat di salah satu taman di Brooklyn.
Coretan swastika dengan tambahan tulisan "Go Trump!" di taman Brooklyn terlihat pada Sabtu akhir pekan lalu dan langsung mendapat sorotan luas. Pasalnya, taman itu dibuat khusus untuk mengenang mendiang Adam Yauch, personel Beastie Boys yang sangat peduli terhadap masalah hak asasi manusia.
Sehari setelahnya, Minggu (20/11), sekitar 300 orang turun ke jalan untuk ikut serta dalam demonstrasi tersebut. Menurut mereka, kemunculan lambang Nazi tersebut merupakan kejahatan kebencian yang terinspirasi dari kemenangan Trump.
Pasalnya, selama masa kampanye, taipan
real-estate itu kerap melontarkan pandangan negatif dan skeptis terhadap kaum minoritas di AS, seperti kaum pendatang dan umat Muslim. Tanggapan trump ini dinilai memunculkan sentimen xenophobia dan islamophobia yang dikhawatirkan dapat memicu kefanatikan dari warga AS.
(ama)