Jakarta, CNN Indonesia -- Presiden terpilih Amerika Serikat, Donald Trump, disebut tidak akan mendesak penyelidikan lebih lanjut atas skandal surat elektronik rivalnya saat pemilihan umum, Hillary Clinton.
"Pesiden terpilih mengatakan, bahkan sebelum dilantik, bahwa ia tidak ingin mendesak tuntutan ini. Pesan itu sangat kuat, bersuara, dan berisi," ujar seorang ajudan Trump, Kellyanne Conway, dalam acara Morning Joe yang ditayangkan
MSNBC, Selasa (22/11).
Sikap Trump ini juga diamini oleh wakil ketua tim transisi Trump, Rudy Giuliani, yang mengatakan bahwa keputusan itu diambil sesuai dengan tradisi di AS, di mana setelah menang pemilu, seseorang harus mengenyampingkan pertarungan dalam kampanye.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jika itu keputusannya, itu sangat sesuai dengan semacam pola sejarah. Anda mengatakan banyak hal, bahkan hal yang sangat buruk, kemudian Anda dapat melupakannya demi menyatukan bangsa," tutur Giuliani seperti dikutip
AFP.
Dalam masa kampanye, Trump kerap menggunakan isu skandal email Clinton ini untuk menjatuhkan rivalnya tersebut. Ia bahkan pernah mengatakan akan memenjarakan Clinton jika terpilih menjadi presiden kelak.
Beberapa pengamat berpendapat bahwa keputusan ini dapat menjadi senjata makan tuan bagi Trump. Menurut mereka, para pendukung Trump kemungkinan akan berpikir bahwa orang yang mereka jagokab tersebut ingkar janji.
Namun, Conway mengatakan bahwa Clinton masih akan menghadapi ketidakpercayaan publik dan Trump hanya ingin membantu memulihkan hal tersebut.
"Jika Donald Trump dapat memulihkannya, itu baik. Ia memimirkan banyak hal lain untuk mempersiapkan diri menjadi presiden Amerika Serikat dan segala sesuatu dalam kampanyenya (mengenai skandal Clinton) bukan salah satu di antaranya," ucap Conway.
Clinton sendiri pernah menuding bahwa keputusan FBI untuk meninjau kembali skandal email pribadinya hanya dua pekan menjelang pemilu merupakan salah satu penyebab kekalahannya.
Kasus skandal penggunaan surel pribadi oleh Clinton untuk berkirim pesan pada saat menjabat sebagai Menlu AS pada periode 2009-2013 ini sebenarnya sudah ditutup pada pertengahan Juli lalu.
Namun, Comey memutuskan untuk meninjau kembali skandal tersebut adanya sejumlah temuan baru dalam penyelidikan terpisah terhadap Anthony Weiner, suami dari ajudan Clinton, Huma Abedin, yang diduga melakukan pelecehan seksual melalui pesan pendek cabul kepada seorang gadis di bawah umur.
FBI akhirnya menyatakan tidak ada tindak kriminal dalam skandal surel Clinton ini hanya dua hari menjelang pemilu digelar pada 8 November lalu.
(has)