Jakarta, CNN Indonesia -- Setelah lebih dari dua dekade lalu mengeksekusi seorang pemuda atas tuduhan pembunuhan dan pemerkosaan, Mahkamah Agung China menyatakan bahwa tersangka bernama Nie Shubin itu tak bersalah.
"Dalam kasus ini, Mahkamah Agung mengubah tuduhan awal dan menyatakan Nie Shubin tidak bersalah," demikian kutipan laporan kantor berita China,
Xinhua, seperti dikutip
CNN, Jumat (2/12).
Kejanggalan proses peradilan ini mulai terkuak ketika pada 2005, tepatnya 10 tahun setelah proses eksekusi, seorang pria lain, Wang Shujin, mengaku bersalah atas kasus yang dituduhkan kepada Nie tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setelah penyelidikan lebih lanjut, pengadilan China pun menyimpulkan bahwa proses peradilan Nie tidak memiliki bukti cukup sehingga ada keraguan serius atas waktu kematian, senjata untuk membunuh, dan alasan kematian korban.
"Karena buktinya tidak akurat atau memadai dan tak menutup kemungkinan tersangka lain, kami merekomendasikan Mahkamah Agung untuk memproses ulang kasus ini," demikian pernyataan resmi dari Pengadilan China pertengahan tahun ini.
Mahkamah Agung pun menyatakan akan meninjau ulang kasus Nie pada Juni lalu. Setelah mengumumkan keputusan terbaru yang menyatakan Nie tidak bersalah, publik pun berekasi keras.
Pasalnya, ibunda Nie mengaku kepada
CNN bahwa proses peradilan anaknya tersebut sangat tidak adil, Nie diinterogasi di ruangan tertutup dan dipukuli dan dipaksa untuk mengaku bersalah.
Tujuh bulan setelah Nie ditahan, ia dieksekusi tanpa pemberitahuan terlebih dahulu kepada pihak keluarga.
Banyak pihak kemudian menganggap bahwa kejadian yang menimpa Nie ini hanya merupakan salah satu contoh meluasnya penyiksaan polisi serta buruknya proses peradilan dan peninjauan hukuman mati.
Pada 2013, pengadilan tinggi China melarang penggunaan penyiksaan dalam proses pemeriksaan karena dianggap dapat dijadikan senjata untuk mempercepat penyelesaian kasus.
Namun tetap saja, China masih terus dikenal sebagai negara yang sangat keras dalam menerapkan hukuman mati. Tahun lalu saja, Amnesty International melaporkan China mengekekusi mati ribuan orang.
(has)