Bangkit dan Jatuh Park, Presiden Perempuan Pertama Korsel

Riva Dessthania Suastha | CNN Indonesia
Jumat, 09 Des 2016 20:20 WIB
Sempat populer sebagai presiden perempuan pertama Korea Selatan, Park Geun-hye mesti rela dimakzulkan karena terjerat korupsi.
kepemimpinan Presiden Korsel, Park Geun-hye, harus terjegal dengan kasus korupsi yang menerpanya dan berbutut ancaman pemakzulan. (Reuters/Lee Jae-Won)
Jakarta, CNN Indonesia -- Presiden Korea Selatan Park Geun-hye dikenal luas sebagai presiden perempuan pertama negeri ginseng tersebut. Popularitas politikus konservatif Korsel itu tak perlu diragukan lagi lantaran dirinya selama ini juga dikenal sebagai anak dari mantan Presiden Korsel ke-3, Park Chung-hee.

Namun, dia harus merelakan nama baiknya tercoreng ketika skandal korupsi mengguncang hingga akhirnya menjatuhkan dirinya dari kursi presiden.

Park, yang kini berusia 64 tahun, menghabiskan sebagian besar masa kecilnya di lingkungan kepresidenan. Mendiang ayahnya menjabat sebagai Presiden Korsel ke-3 pada 1963-1979.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Park kecil yang tumbuh di Gedung Biru, istana sekaligus kantor kepresidenan Korsel, banyak mendapat perhatian dari warga Korsel. Publik korsel tak jarang menganggapnya sebagai seorang putri dari keluarga nomor satu di negara itu.

Kematian orang tua Park di era 1970-an mendorong banyak simpati publik. Saat masih berusia 18 tahun, Park harus kehilangan kedua orang tuanya dalam tragedi pembunuhan. Ibu Park dibunuh oleh kepala keamanan kepresidenan pada 1979. Lima tahun kemudian, ayah Park juga tewas dibunuh di dalam Gedung Biru.

Walau demikian, Park berhasil bangkit dari tragedi di masa lalunya.

Park berhasil menjadi anggota parlemen yang saat itu tengah diguncang krisis ekonomi dunia 1997-1998. Sejak itu, Park bak bintang di antara anggota parlemen konservatif senior Korea.

Sebagian anggota parlemen menganggap Park mewarisi jiwa kepemimpinan ayahnya. Selama menjadi presiden, Park Chung-hee mendapat pujian akibat berhasil menarik Korsel keluar dari kemiskinan, meski juga dicerca akibat pelanggaran HAM.

Sejumlah kritikan kerap terlontar kepada Park. Dia disebut mewarisi karakter ayahnya yang kurang toleran pada perbedaan pendapat.

Terlepas dari semua itu, sejumlah pengikutnya tetap setia mendukung hingga Park berhasil memenangi pemilu presiden Korsel 2013 lalu.

Park yang dijuluki sebagai "ratu pemilu" ini berhasil melewati sejumlah rintangan dan krisis yang menimpa pemerintahan berkat bantuan loyalisnya di parlemen. Sebut saja insiden tenggelamnya kapal feri Sewol pada 2014 lalu yang menewaskan setidaknya 300 orang.

Publik Korsel sebelumnya menilai Park sebagai pejabat yang bersih dan jauh dari korupsi lantaran belum menikah. Berkaca pada pengalaman, pemimpin Korsel di masa lalu kerap terlibat dalam skandal korupsi besar yang melibatkan anggota keluargnya.

Tak pelak, skandal korupsi yang melibatkan kerabat dekatnya, Choi Soon-sil, melunturkan kepercayaan sebagian besar warga Korsel.

Skandal korupsi dan kolusi yang menimpa Park ini turut menjelaskan teka-teki mengenai kedekatan Park dengan mendiang ayah Choi, yang juga sempat dituduh memanfaatkan pengaruh ayah Park saat masih menjadi presiden, untuk mengambil sejumlah uang dari perusahaan lokal.

Penyidikan jaksa menyimpulkan Park terlibat sebagai kaki tangan Choi. Dia diduga menekan sejumlah konglomerat Korsel agar menggelontorkan dana jutaan dolar pada dua yayasan teman baiknya itu.

Selain tudingan korupsi, Park juga dituduh membocorkan sejumlah dokumen negara pada Choi selama dirinya menjabat sebagai presiden.

Park telah secara resmi menyatakan permintaan maafnya kepada publik Korea danmengakui kesalahannya karena telah lalai dalam menjaga kerahasian negara. Namun, Park tetap menampik segala tunduhan korupsi yang kerap ditujukan pada dirinya.

Permintaan maaf Park nampaknya tak cukup mengambil hati rakyat dan parlemen Korsel. Hari ini, parlemen Korsel sepakat memakzulkan Park setelah sekitar 234 anggota menyetujui penggulingan Park. (aal)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER