Jakarta, CNN Indonesia -- Hampir delapan dari 10 warga Filipina mengaku takut akan menjadi korban pembunuhan di luar hukum dalam kampanye perang terhadap narkoba yang digagas oleh Presiden Rodrigo Duterte.
Dalam jajak pendapat yang dilakukan oleh lembaga survei SWS itu, 78 persen dari 1.500 total responden mengaku takut jika mereka atau kerabat terdekat terbunuh dalam kampanye tersebut.
Sebagaimana dilansir
Inquirer, jajak pendapat ini dilakukan pada 3-6 Desember lalu dengan margin kesalahan tiga persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di tengah ketakutan tersebut, sekitar 85 persen responden mengaku puas dengan kampanye anti-narkoba ini. Hanya 8 persen responden yang menjawab tidak puas.
Kampanye pemberantasan pengedar narkoba ini dicanangkan oleh Duterte tak lama setelah ia naik takhta menjadi presiden pada 30 Juni lalu.
Sejak saat itu, 5.000 terduga pengedar narkoba tewas tanpa proses peradilan yang jelas. Sekitar 2.000 di antaranya mati di tangan polisi, sementara 3.000 lainnya tewas akibat aksi main hakim sendiri oleh warga.
Pada masa kampanye, Duterte meminta masyarakat berperan aktif dalam memberantas narkoba. Ia bahkan mendorong warga agar tak ragu membunuh pengedar narkoba atau pelaku tindak kriminal lainnya.
Sikap Duterte ini dikecam oleh banyak pihak, termasuk berbagai lembaga internasional, bahkan Barack Obama, presiden dari Amerika Serikat yang merupakan sekutu Filipina sejak lama.
Namun, Duterte tak peduli dengan kecaman tersebut karena menurutnya, pihak asing tak akan pernah memahami situasi di Filipina yang dianggap sudah sangat kacau akibat narkoba.
(has)