Jakarta, CNN Indonesia -- Perempuan yang menjadi titik pusat krisis pemakzulan Presiden Korea Selatan Park Geun-Hye menolak menghadiri sidang khusus di Lembaga Pemasyarakatan tempat dia ditahan.
Choi Soon-Sil, teman lama presiden, menolak meninggalkan sel untuk ditanyai oleh anggota parlemen dalam sidang khusus yang diadakan pada Senin (26/12).
Sebelumnya, Choi berulang kali menolak menemui komite parlemen yang bertugas menyelidiki skandal korupsi yang berakhir dengan proses pemakzulan Presiden Park awal bulan ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Choi sendiri saat ini diadili dalam kasus pemerasan dan penyalahgunaan kekuasaan. Dia menolak sejumlah panggilan untuk menghadiri acara dengar pendapat di Dewan Nasional sehingga para anggota parlemen pun menyelenggarakan sidang khusus di Lapas tempatnya dipenjara.
Acara dengar pendapat khusus yang disiarkan langsung oleh televisi dimulai di Lapas, namun para anggota parlemen gagal memaksa Choi keluar dari selnya.
Dua mantan pembantu utama presiden yang ditahan di Lapas berbeda juga menolak hadir untuk ditanyai.
“Sangat disesalkan para saksi ini tidak mengindahkan otoritas rakyat dan parlemen dengan menolak memenuhi kewajiban mereka untuk hadir,” ujar Kim Sung-Tae, ketua komite parlemen.
Tidak ada peraturan hukum yang memaksa saksi menghadiri acara dengar pendapat dengan parlemen, tetapi mereka bisa dikenai sanksi melawan proses persidangan dan diancam dengan hukuman maksimum penjara lima tahun jika menolak.
“Choi Soon-Sil adalah tokoh utama dari penyelidikan parlemen,” kata Jung You-Sub, anggota parlemen dari Partai Saenuri yang merupakan partai Presiden Park.
“Alasannya tidak hadir tidak bisa dibenarkan. Rakyat ingin mendengar kebenaran,” kata Jung.
Chung telah ditanyai oleh jaksa khusus yang menyelidiki keterlibatan presiden dalam dugaan kolusi dengan Choi yang meminta sejumlah konglomerat besar memberi “bantuan” pada dua yayasan miliknya.
Choi membantah dua tuduhan baru bahwa dia menyimpan dana sekitar US$8,3 juta di luar negeri.
Awal bulan ini, Dewan Nasional memutuskan untuk memakzulkan Presiden Park dan kekuasaan eksekutifnya pun dicabut.
Park Geun-Hye tetap menjadi presiden tanpa kekuasaan hingga Mahkamah Konstitusi negara itu memutuskan untuk meratifikasi langkah pemakzulan parlemen tersebut.
Senin (26/12), jaksa menyita dokumen dari rumah Kim Ki-Choon yang menjabat sebagai kepala staf Presiden Park antara 2013-2015.
Kim merupakan rekan kerja keluarga Park setelah sebelumnya bekerja untuk ayah Kim yaitu Park Chung-Hee yang memimpin Korea Selatan selama 18 tahun setelah melakukan kudeta militer pada 1979.
Hubungan yang dekat ini menimbulkan dugaan bahwa dia mengetahui pengaruh tak biasa dari Choi - yang disebut oleh media lokal sebagai “Rasputin perempuan” - terhadap presiden.
Park dituduh membocorkan dokumen rahasia pada temannya itu dan membiarkan dia ikut campur dalam urusan pemerintah seperti penunjukkan pejabat senior.
(yns)