Jakarta, CNN Indonesia -- Abdullah Reda al-Hamahmy, pelaku penyerangan di Museum Louvre, Paris, Perancis pada pekan lalu mengaku melakukan aksi terornya bukan atas perintah ISIS.
Seorang sumber yang terlibat dalam investigasi insiden tersebut menuturkan, pelaku kelahiran Mesir itu mengaku meskipun dirinya bersimpati pada ISIS, dia tidak melakukan aksi terornya atas dasar permintaan kelompok itu.
Sebagaimana dilansir
Reuters, Kamis (9/2), Hamahmy mengaku kepada penyelidik bahwa ia melakukan aksinya tersebut murni sebagai "balasan" bagi warga Suriah yang selama ini menderita akibat perang sipil berkepanjangan sejak 2011 lalu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pasalnya, perang saudara di Suriah setidaknya telah menewaskan ratusan ribu orang dan menyebabkan jutaan orang lainnya kehilangan tempat tinggal dan terpaksa mengungsi.
Saat kejadian, Hamahmy mengaku membawa cat semprot di dalam tasnya untuk merusak lukisan yang ada dalam museum tersebut.
Hamahmy ditembak pihak berwenang lantaran secara tiba-tiba menyerang dan menusuk seorang tentara dengan pisau di halaman Museum Louvre pada Jumat (3/2) lalu.
Polisi menyatakan, Hamahmy berteriak "Allahu Akbar" sesaat sebelum menyerang tentara tersebut.
Tak lama usai insiden terjadi, Hamahmy ditahan atas dugaan keterlibatan dalam konspirasi terorisme dan berupaya melakukan aksi teror.
Seorang sumber mengatakan, Hamahmy melakukan transaksi uang sebesar masing-masing 3 ribu euro dan 2 ribu euro kepada temannya di Polandia beberapa hari sebelum mengeksekusi serangan.
Presiden Perancis, Francois Hollande, menganggap serangan ini sebagai aksi terorisme.
Kejadian ini kembali membawa kekhawatiran warga Perancis yang dihantui serangan teror selama dua tahun terakhir.
Rangkaian peristiwa teror tersebut setidaknya telah menewaskan 230 orang. ISIS dilaporkan mengklaim seluruh rangkaian teror yang terjadi di negara itu.
(has)